Singapura Disebut Akan Menjadi Negara Pelarian Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa

Sumber tersebut, yang menolak disebutkan namanya karena sensitifnya masalah tersebut, mengatakan Rajapaksa dapat mengirimkan pengunduran dirinya kepada ketua parlemen.

Eliza Gusmeri
Kamis, 14 Juli 2022 | 14:02 WIB
Singapura Disebut Akan Menjadi Negara Pelarian Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa sebelum dilantik pada Senin (18/11/2019) waktu setempat. (Foto: AFP)

SuaraBatam.id - Singapura disebut menjadi negara pelarian Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa.

Melansir Wartaekonomi--jaringan suara.com, sumber pemerintah di Sri Lanka mengatakan kepada Reuters, Gotabaya Rajapaksa diperkirakan akan menuju ke Singapura setelah melarikan diri ke Maladewa pada Rabu (13/7/2022) dini hari.

Sumber tersebut, yang menolak disebutkan namanya karena sensitifnya masalah tersebut, mengatakan Rajapaksa dapat mengirimkan pengunduran dirinya kepada ketua parlemen Sri Lanka setelah mendarat di Singapura.

Seorang pembantu Rajapaksa dan pemerintah Singapura tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Baca Juga:Kekacauan di Sri Lanka, Presiden Kabur Kini Perdana Menteri Dituntut Mundur

Sementara itu, The Maldives Journal mengatakan pada Kamis (14/7/2022) bahwa Rajapaksa masih berada di Maladewa.

Rajapaksa dilaporkan dilarikan ke sebuah pulau resor dengan Layanan Polisi Maladewa setelah tiba pada hari Rabu, kata Maldives News Network.

Sri Lanka saat ini berada dalam krisis ekonomi terburuknya. Rajapaksa dituduh salah mengelola ekonomi ke titik di mana negara itu kehabisan devisa untuk membiayai impor yang paling penting, yang menyebabkan kesulitan parah bagi 22 juta penduduknya.

Ribuan pengunjuk rasa anti-pemerintah menyerbu kantor Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe pada Rabu, beberapa jam setelah ia diangkat sebagai penjabat presiden.

Mereka ingin Wickremesinghe mengundurkan diri karena mereka melihatnya sebagai sekutu Tuan Rajapaksa.

Baca Juga:Krisis Ekonomi Sri Lanka: 3 Hal Ini yang Sebabkan Bangkrut

Polisi dan tentara gagal menahan para pengunjuk rasa meskipun menembakkan gas air mata dan meriam air.

Negara itu sebelumnya pada hari Rabu mengumumkan keadaan darurat setelah berbulan-bulan protes.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini