11 Tahun Tinggal di Tanjungpinang, Pencari Suaka Afganistan Depresi Belum Dipindah, 16 Orang Bunuh Diri

Akibatnya mereka kembali menggelar aksi unjuk rasa dengan sejumlah tuntutan di Kantor IOM dan UNHCR, di Jalan Peralatan, Kilometer 7, Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.

Eliza Gusmeri
Rabu, 23 Maret 2022 | 18:22 WIB
11 Tahun Tinggal di Tanjungpinang, Pencari Suaka Afganistan Depresi Belum Dipindah, 16 Orang Bunuh Diri
Juru bicara pengungsi Afghanistan, Yahya Zamili menyampaikan sejumlah tuntutan di Kantor IOM/UNHCR, di Jalan Peralatan, Kilometer 7, Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, Rabu (23/3/2022). (suara.com/Rico Barino)

SuaraBatam.id - Tuntutan pencari suaka pengungsi (refugees) asal Afghanistan masih belum didengar International Organization for Migration/IOM.

Akibatnya mereka kembali menggelar aksi unjuk rasa dengan sejumlah tuntutan di Kantor IOM dan UNHCR, di Jalan Peralatan, Kilometer 7, Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, Rabu (23/3/2022).

Dalam aksi tersebut, sejumlah pengungsi Afghanistan membawa poster, spanduk dengan bertuliskan “Please help Afghan refugees in Indonesia!” dan “We die in Indonesia everyday and our families in Afghanistan. Please help us!” selain itu juga ada bertuliskan bahasa Indonesia “Tolong cegah pengungsi lain dari tindakan bunuh diri”. Para pengunjuk rasa meneriakkan yel-yel “We want justice”.

Juru bicara pengungsi Afghanistan, Yahya Zamili menyampaikan bahwa rata-rata pengungsi di sini sudah tinggal di Pulau Bintan sejak 8 sampai 11 tahun. Namun hingga saat ini belum ada kejelasan dari pihak IOM/UNHCR.

Baca Juga:Sempat Ubah Kebijakan, Taliban Kembali Perintahkan Sekolah di Afghanistan Tetap Ditutup Bagi Perempuan

"Kami menuntut kejelasan nasib kami di Indonesia untuk bisa segera dipindahkan ke negara ketiga sebagai pengungsi," kata Yahya menggunakan pengeras suara.

Ia kembali mengatakan, bahwa saat ini negara Afghanistan telah dikuasai Taliban sehingga membuat warga Afghanistan di sana banyak yang lari dan mengungsi.

Saat ini Afghanistan tidak ada yang aman, sehingga mereka hanya minta keamanan sekarang.

"Kami memohon, bisa dengar suara kami. Sudah banyak dari kami yang bunuh diri. Sudah ada 16 orang yang bunuh diri karena depresi. Kami berharap negara ketiga bisa menerima pengungsi dari Indonesia," harapnya.

Selain itu, Yahya juga menyayangkan terjadinya keributan antara para pengungsi dan warga Tanjungpinang. Dalam aksi sebelumnya tidak ada halangan dari warga.

Baca Juga:Warga Tanjungpinang Ancam Massa Pengungsi Afganistan Jika Kembali Lakukan Aksi Long March

"Mungkin warga ini tidak mengerti maksud tujuan kami menggelar aksi ini. Kami sudah puluhan tahun di tampung tanpa ada kejelasan untuk dipindahkan ke negara ketiga. Saya meminta agar UNHCR tidak hanya janji dan negara ketiga bisa menerima kami," pungkasnya.

Di lokasi terlihat sejumlah aparat kepolisian berjaga-jaga. Kapolsek Tanjungpinang Timur, AKP Syafrudin mengakui sebelumnya smepat terjadi bentrokan antara warga dan para pengungsi Afganistan ini.

"Ada warga yang mengaku terjatuh dari motor karena disenggol pangungsi ini. Karena mereka menggunakan badan jalan hampir separuh. Kita sudah beri tahu mereka, jalan merupakan fasilitas umum," jelas AKP Syafrudin.

Kembali dikatakan Syafrudin, pihaknya telah mendapatkan laporan dari warga yang terganggu. Sehingga pihaknya telah memperingatkan kepada para pengungsi Afganistan untuk tidak menggunakan badan jalan yang banyak, namun hal itu sama sekali tidak dihiraukan.

"Mereka kekeh, sudah kita larang karena warga merasa terganggu. Jika ada laporan, akan kita tindak lanjuti," tutupnya.

Kontributor: Rico Barino

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini