"Ada kelompok pendukung di kota kami yang membantu saya dengan uang secukupya, tapi kemudian pemimpinnya harus kabur untuk menyelamatkan diri," katanya.
Membeli lotre 'alternatif' dan boikot lotre pemerintah
Dalam upaya meringankan penderitaan rakyat, Pemerintah Persatuan Nasional meluncurkan lotre online pada Agustus untuk mengumpulkan uang bagi pegawai negeri sipil yang mogok.
Kelompok tersebut mengatakan 70% dari keuntungan akan langsung diberikan kepada orang-orang yang terlibat pemogokan, sementara 30% akan ditawarkan sebagai hadiah uang.
Baca Juga:Remaja Disodomi Lompat dari Ruko di Batam, Kerap Diancam Pakai Silet
Masyarakat berhenti membeli tiket lotre yang dikelola negara, dan pada jam pertama penjualan 250.000 tiket seharga Kyat 2.000 (US$1,1) sudah terjual habis.
Menanggapi aksi ini, rezim militer telah melarang lotre yang dikelola Pemerintah Persatuan Nasional.
Mereka juga membekukan sejumlah rekening bank karena dicurigai bahwa pemiliknya membeli tiket lotre tersebut.
Perbankan Myanmar 'di ambang kehancuran'
Sistem perbankan Myanmar berada di ambang kehancuran. Setelah kudeta, masyarakat bergegas menarik tabungannya.
Baca Juga:Tak Tahan Kerap Disodomi, Remaja Nekat Lompat dari Lantai 3 Ruko di Batam
Sebagai tanggapan, bank kemudian membatasi berapa jumlah uang yang dapat diambil.