SuaraBatam.id - Program Rempang Eco City dan relokasi warga masih menjadi polemik di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, khususnya di Sembulang Hulu. Masyarakat terbelah antara mendukung relokasi dan mereka yang masih ragu dan menentang.
Kondisi terkini pulau Rempang warga sudah mulai beraktivitas seperti biasa, namun tetap waspada, terutama di Posko Sembulang Hulu.
Ibu-ibu bergantian menjaga posko dengan menggunakan rombongan, dan mereka tetap waspada terhadap keberadaan orang mencurigakan.
Ketua RT01/RW01 di Kampung Sembulang Hulu, Aris, meragukan klaim BP Batam yang menyatakan bahwa sudah lebih dari 300 kepala keluarga mendaftarkan diri untuk direlokasi. Menurutnya, jumlahnya tak sebanyak itu.
Baca juga:
"Jika terlihat ada orang yang mencurigakan, maka akan diinformasikan ke grup, kemudian kami akan mengusir mereka. Mengapa harus mengukur-ngukur di sini?" ujar Ketua RT tersebut, dilansir dari Batamnews, Minggu, 11 Februari 2024.
Wardi, seorang warga Sembulang Hulu, juga mempertanyakan klaim tersebut dan meminta bukti yang jelas terkait jumlah warga yang mendaftar relokasi.
Ia menyatakan bahwa menurut informasinya, hanya sekitar 90 kepala keluarga yang pindah.
Ketidakpercayaan warga terhadap BP Batam semakin terlihat dengan pernyataan Wardi.
"Kalau namanya tak jelas, kita bisa klaim juga. Bisa saja itu dari orang luar." ujarnya.
Meskipun ada beberapa penentangan, BP Batam tetap melanjutkan program Rempang Eco City dan relokasi warga. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dan ketegangan di antara masyarakat Pulau Rempang.