"Tempat favorit anak-anak di lapangan sebelah sana, itu tepat di dekat bendungan yang baru dibangun Pemerintah Kota," paparnya.
Walau demikian, proses belajar mengajar secara daring ini biasanya hanya diikuti oleh anak sekolah yang telah duduk di bangku Sekolah Menegah Atas (SMA).
Sementara bagi anak yang duduk di bangku SD dan SMP, hingga saat ini masih tetap menjalankan pembelajaran tatap muka.
"Karena di pulau ini gak ada SMA, hanya ada SD dan SMP saja. Untuk anak kami yang di SD dan SMP, masih belajar tatap muka di rumah gurunya masing-masing," terang Irman.
Baca Juga:Pulau Penyangga Batam Nol Kasus Covid-19, Satgas: 396 Orang Masih Dirawat
Keluhan sulitnya akses telekomunikasi di pulau tersebut, juga diakuinya sudah sering disampaikan kepada Pemerintah Kota (Pemko) Batam, baik melalui kunjugan Wali Kota Batam, Muhammad Rudi.
Ataupun melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrembang), yang biasanya dilakukan Pemko Batam.
"Tapi realisasinya tidak pernah ada. Kami juga sudah capek menyampaikan hal yang sama terus menerus," sesalnya.
Warga lain yang ditemui, mengaku saat ini warga Pulau Jaloh sudah tidak memprioritaskan pembangunan fisik, yabg selalu digadang-gadang oleh Pemko Batam.
Kesulitan akses komunikasi para warga, harusnya menjadi prioritas khusus, terutama di masa pandemi ini kebijakan sekolah daring juga masih tetap dijalankan.
Baca Juga:Kasus Covid-19 di Batam Menunjukkan Tren Penurunan, Efek PPKM?
"Kasian anak saya, setiap pagi harus ke bendungan hanya untuk sekolah. Karena dia sudah SMA, jadi memang harus online. Karena SMA di kecamatan Bulang ini hanya ada di Pulau Pecung," tegas Irma (29) salah satu ibu rumah tangga yang ditemui di Pulau Jaloh.