Lailatul Qadar Versi Melayu: Mengintip Makna Spiritual dan Tradisi Unik Malam 7 Likur

Pekan terakhir Ramadan di Pancur, Lingga Utara, semarak dengan persiapan Malam 7 Likur. Pemuda membangun gerbang berlampu sebagai simbol persatuan dan tradisi yang dilestarikan.

Eliza Gusmeri
Selasa, 18 Maret 2025 | 14:24 WIB
Lailatul Qadar Versi Melayu: Mengintip Makna Spiritual dan Tradisi Unik Malam 7 Likur
Tradisi malam 7 likur di Kepulauan Riau [antara]

SuaraBatam.id - Ketika bulan Ramadan memasuki pekan terakhir, suasana di Pancur, Lingga Utara, Kabupaten Lingga, Kepulaun Riau, berubah menjadi lebih semarak.

Masyarakat di sana, khususnya para pemuda, mulai mempersiapkan diri menyambut malam 7 Likur, sebuah tradisi yang sudah turun-temurun dilestarikan.

Mereka membangun gerbang megah yang dipenuhi lampu warna-warni dan ornamen islami di Jembatan 1 Pasar Pancur, sebuah pemandangan yang menjadi simbol persatuan dan semangat gotong royong masyarakat setempat.

Apa Itu Malam 7 Likur?

Baca Juga:Jadwal Berbuka Puasa dan Imsakiyah di Batam 13 Maret 2025

Malam 7 Likur merupakan malam ke-27 di bulan Ramadan, yang dalam tradisi masyarakat Melayu dipercaya sebagai salah satu malam istimewa.

Malam ini diyakini memiliki keutamaan, karena kemungkinan besar merupakan malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Namun, di beberapa daerah, khususnya di Kepulauan Riau, Malam 7 Likur tidak hanya dimaknai secara spiritual tetapi juga menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi dan memperindah lingkungan dengan dekorasi lampu warna-warni.

Gerbang 7 Likur: Simbol Kebersamaan

Di Pancur, Lingga Utara, antusiasme menyambut Malam 7 Likur terlihat nyata dari pembangunan Gerbang 7 Likur.

Baca Juga:Kapan Lagi Buka Bareng BRI Festival 2025 Siap Hadirkan Kuliner, Musik, dan Kebersamaan di GBK Senayan

Ketua kegiatan, Ombeng, mengungkapkan bahwa pembangunan gerbang ini telah menjadi tradisi yang terus dijaga oleh pemuda setempat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini