SuaraBatam.id - Media asing ikut menyorot masalah konflik lahan di Rempang, Batam, Kepulauan Riau. Misalnya Reuters sempat memberitakan dengan judul artikel "Polisi Indonesia menangkap 43 orang setelah kerusuhan di kawasan industri".
Dari pihak kepolisian, 43 orang tersebut dituduh menjadi penyebab kerusuhan yang berlangsung di Kantor BP Batam, 11 September 2023.
"Bentrokan kekerasan meletus pada hari Senin di kota Batam, yang terletak sekitar 44 km dari Singapura, di mana sekitar 1.000 demonstran berkumpul di depan kantor BP Batam, salah satu pengembang proyek Rempang Eco City," tulis media tersebut dikutip dari VOA, 14 September 2023.
Selain Reuters, AsiaNews juga melaporkan beberapa hari sebelumnya. Media itu menuliskan narasi lebih dari lima ribu anggota masyarakat adat etnis Melayu melakukan aksi protes menentang rencana pemeritah “menghancurkan” 16 desa di pulau Rempang, untuk memberi ruang bagi proyek industri China.
Baca Juga:Profil Muhammad Rudi, Kepala BP Batam Mantan Personil Polisi
“Kami putus asa karena tuntutan kami untuk melestarikan desa kami telah diabaikan. Pemberontakan telah menjadi satu-satunya solusi untuk menyampaikan tuntutan kami,” kata Hazrin, seorang pengunjuk rasa yang bergabung dalam protes anti-pemerintah. Polisi setempat berusaha membubarkan demonstran dengan menggunakan gas air mata," bunyi salah satu kutipan beritanya.
Untuk diketahui, masyarakat Rempang dipaksa direlokasi karena kawasan itu akan dibangun Kota Ramah Lingkungan Rempang (Rempang Eco City).
Di situ juga akan dibangun pabrik kaca industri dengan investasi senilai 11,6 miliar dolar yang dipercayakan kepada grup Xinyi (Xinyi Glass dan Xinyi Solar, yang berbasis di Hong Kong).