SuaraBatam.id - Pihak Adhya Tirta Batam (ATB) angkat bicara terkait pernyataan Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Muhammad Rudi mengenai penyaluran air bersih yang hingga saat ini masih menjadi kendala bagi warga Perumahan Putra Jaya, Tanjunguncang.
Sebelumnya, pada aksi unjuk rasa warga Perumahan Putra Jaya, Muhammad Rudi menyebutkan masalah yang dihadapi oleh warga, dikarenakan aset pipa ATB sebagai operator sebelumnya yang telah dianggap tidak laik akibat telah berumur 25 tahun.
Pernyataan ini, dianggap memojokkan PT. ATB sebagai operator sebelum dipegang oleh PT. Moya Indonesia, sebagai penyedia Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Batam.
"Sesungguhnya pernyataan itu sangat tidak benar, dan sangat menyesatkan para pelanggan," tegas Presiden Direktur Benny Andrianto ketika di konfirmasi, Jumat (11/11/2022).
Benny menyebutkan, konsesi pengelolaan SPAM Batam, antara PT ATB dan BP Batam, telah berakhir sejak tanggal 14 November 2020 lalu.
Dalam perjanjian akhir konsesi, ATB diminta memindahkan seluruh aset pengelolaan air bersih hingga pipa, sebagai salah satu syarat pengakhiran konsesi.
Senada dengan hal ini, pihak ATB menegaskan aset SPAM yang diserahkan oleh PT ATB telah diverifikasi, dan divalidasi oleh Pihak yang berkompeten yakni PT. Surveyor Indonesia, dan dinyatakan dalam kondisi baik ,dan berfungsi normal.
"Satu hal lagi, pipa menuju kearah Batu Aji, Sagulung, Tanjung Uncang, dan Batam Centre termasuk kelompok pipa baru yang berumur kurang dari 10 tahun," tegasnya.
Pemasangan pipa yang masih berusia 10 tahun ini, dilakukan menjelang akhir konsesi mengingat tingginya pertumbuhan penduduk di daerah tersebut.
Baca Juga:Bikin Jijik! Amber Heard Buang Air Besar di Jalanan, Tetangga Protes
Bahkan pada saat serah terima telah dilakukan, kontiyuitas air bersih Kota Batam pada tahun 2020 masih mencapai angka 23,7 jam perhari, dengan kuantitas suplai rata-rata 160 liter/orang/hari.
"Kami serahkan pengelolaan SPAM kepada BP Batam dalam kondisi terbaik. Bahkan, tidak ada outstanding pengaduan pelanggan, dan sambungan rumah pada saat itu," lanjutnya.
Tidak hanya itu, Benny juga mengkritisi pernyataan Muhammad Rudi yang menyebut solusi utama adalah penggantian jaringan SPAM, yang memerlukan anggaran hingga Rp1 triliun.
"Perlu saya sampaikan bahwa permasalahan matinya aliran air di Tanjung Uncang, semata - mata adalah masalah kurangnya pasokan kapasitas pengolahan air, dan bukan karena masalah kualitas pipa, sehingga dalih tersebut sangat tidak relevan," tegasnya.
Pihaknya menyarankan, agar BP Batam seharusnya sudah harus membangun tambahan kapasitas pengolahan hingga 400 liter per detik selama 2 tahun terakhir, dan penambahan pipa Distribusi yang memadai.
"Tanpa itu jangan harap permasalahan air dapat dibereskan, apalagi kalau cuma mengandalkan tangki air, sehingga sebaiknya jangan mencari kambing hitam," tuturnya.
Kontributor : Partahi Fernando W. Sirait