SuaraBatam.id - Kuasa hukum Nasrul menyebut pengosongan ruko kliennya di kawasan Lubuk Baja yang berujung ricuh, Selasa (23/8/2022) dengan Pengadilan Negeri (PN) Batam adalah cacat hukum.
Ruko tersebut merupakan milik warga Batam bernama Theresia Manek dan Stefanus Harry Ifandi.
Kata dia, sebelum eksekusi, sempat terjadi pertemuan antara pemilik ruko yakni, perwakilan PN Batam, dan Kepolisian yang menghasilkan keputusan untuk menunda pengosongan ruko yang seharusnya dijadwalkan hari ini.
Pantauan di lokasi, tindakan yang dilakukan oleh perwakilan Pengadilan dan Kepolisian ini, akhirnya kontak fisik dengan partisipan pemilik ruko.
Baca Juga:Kejaksaan Eksekusi Ruko di Batu Batam Ricuh dengan Sekelompok Orang
Bahkan tiga orang partisipan turut ditangkap dan digelandang ke Mapolresta Barelang.
"Proses mediasi sendiri memang juga berlangsung hari ini. Dan ada keputusan bahwa eksekusi ditunda. Namun sesaat setelah mediasi pihak PN Batam dan Polisi berusaha masuk dan ingin melakukan eksekusi. Ini maksudnya apa," tegasnya.
Tidak hanya tindakan menghianati hasil keputusan mediasi, Nasrul juga menyoroti mengenai surat eksekusi yang dinilai janggal.
Hal ini mengingat perkara antara kliennya dengan Bank Negara Indonesia (BNI) cabang Kota Batam dan masih berlangsung di PN Batam.
"Sidang juga masih berjalan, seharusnya kita menghormati itu. Tapi kenapa tiba-tiba melakukan eksekusi seperti ini," tegasnya.
Baca Juga:Cobaan Tiket Pesawat Mahal, Kunjungan Wisatawan ke Batam Lesu
Untuk diketahui, kejadian ini bermula ketika kliennya yang merupakan suami istri ini menggadaikan sertifikat dua unit rukonya yang beralamat di Jl Ahmad Yani Komplek Ruko Taman Eden Blok D nomor 21 kepada Bank BNI cabang Kota Batam pada tahun 2011 dengan nilai limit Rp1,2 miliar.
- 1
- 2