Pertikaian ini terjadi antara Federasi Malaysia dan Indonesia pada tahun 1962 - 1966. Jadi memang bersamaan dengan peristiwa PKI tahun 1965.
Konon, Batam dan pulau-pulau sekitarnya di Selat Malaka sangat berdekatan dengan Singapura dan Malaysia.
"Ya karena berdekatan ini, kalau sekiranya terjadi perang orang yang dilatih (sukarelawan) ini sudah siap perang melawan Malaysia," kata Hartoyo.
Dari dua peristiwa perang saat itu, konfrontasi Malaysia dan PKI, menurut Hartoyo situasinya sangat mencekam dan menimbulkan ketakutan warga di sekitar kecamatan Batam.
Baca Juga:Punya Kartu Intelijen, Gembong PKI Dalang G30SPKI Bebas Bersembunyi di Sarang Tentara
"Ya suasananya mencekam pastinya karena situasinya kita mau konfrontasi dengan Malaysia, kemudian adalagi peristiwa PKI ini," ungkap laki-laki yang pernah jadi staf Ahli di Balai Kota Batam ini.
Batam sebagai basis militer
Menurut Hartoyo saat berstatus sebagai kecamatan atau sebelum tahun 1970, Batam adalah pulau kosong atau belum seramai Belakang Padang dan Pulau Buluh.
Namun, di pesisir-pesisirnya tinggal masyarakat yang disebut-sebut sebagai suku pertama yang mendiami Batam yakni orang-orang suku Tambus.
Mereka juga dikenalnya sebagai suku laut. Mereka tidak tinggal di daratan tapi menetap di kapal-kapal kayu.
Baca Juga:7 Jenderal G30SPKI yang Gugur dan Jasadnya Ditemukan di Lubang Buaya
Selain itu, menurut Hartoyo sebelum ramai, dulunya Batam dijadikan sebagai daerah basis militer, seperti di daerah Batu Ampar, Duriangkang dan Sekupang.