Dari situ terdapat beberapa turunan bisnis yang bisa digenjot, antara lain retribusi jasa labuh jangkar, reparasi kapal, suplai bahan pokok serta kebutuhan logistik lainnya bagi kapal-kapal besar yang berlabuh di perairan itu.
Dirjen Politik dan Pemerintah Umum Kemendagri Bahtiar Bacharuddin pun pernah menyoroti sektor maritim di Kepulauan Riau belum dimanfaatkan secara optimal bagi mendatangkan pendapatan asli daerah (PAD). Tak heran kalau pendapatan daerah atau APBD setempat, 65 persen bergantung dengan dana transfer pemerintah pusat atau APBN.
Sementara 97 persen pendapatan murni di Kepulauan Riau berasal dari sektor pajak kendaraan bermotor (PKB). Artinya, dari sektor maritim sangat kecil sekali, hanya sekitar tiga persen. Provinsi ini ternyata belum mampu memanfaatkan sekaligus menikmati hasil dari laut yang begitu luas.
Potensi kekayaan maritim di Kepulauan Riau ini rupanya tidak luput begitu saja dari pantauan dan perhatian Pelindo I.
Baca Juga:Mengintip Potensi Luar Biasa Budidaya Rumput Laut di Kepulauan Riau
Pada tahun ini perusahaan yang mengelola 16 cabang pelabuhan di Provinsi Aceh, Sumut, Riau, dan Kepulauan Riau itu menargetkan memperkuat marine service atau layanan kelautan sebagai salah satu strategi perseroan.
Pengembangan bisnis ini akan dipusatkan di wilayah Selat Malaka dan Kepulauan Riau (Kepri).
"Berada di tengah Selat Malaka sebagai jalur perdagangan tersibuk di dunia yang dilintasi 80.000 kapal per tahun, kegiatan marine service ini merupakan hal yang sangat penting,” ujar Direktur Operasional dan Komersial Pelindo I Ridwan Sani Siregar melalui siaran pers tertulis, Selasa (8/6).
Pelindo I akan terus mengembangkan layanan pemanduan dan penundaan kapal di Kuala Tanjung PIE yang memiliki potensi besar untuk tumbuh dan berkembang secara cepat.
Lokasinya yang berada di tengah jalur utama Selat Malaka yang dilewati 25 persen komoditas perdagangan dunia dan didukung hinterland yang kuat di 10 provinsi di Pulau Sumatra, menjadikan posisi Kuala Tanjung PIE semakin strategis dan berpotensi besar sebagai simpul penting dalam jaringan logistik dan supply chain global.
Baca Juga:Resep dan Cara Membuat Mie Tarempa, Kuliner Khas Kepulauan Riau yang Menggoda
Kuala Tanjung PIE terdiri dari dua bagian yang saling terintegrasi, yaitu Kawasan Pelabuhan (Kuala Tanjung Multipurpose Terminal) dan Kawasan Industri (Kuala Tanjung Industrial Zone).
Kemudian, intelligent marketing dilakukan dengan fokus melakukan identifikasi customer khususnya di wilayah Batam, Karimun, dan perairan Selat Malaka.
Pelindo I akan meningkatkan pasar pelayanan kegiatan ship to ship (STS) di cabang pelabuhan Tanjung Balai Karimun dan Pulau Nipah, Kepulauan Riau.
Dalam bisnis marine service, kata Ridwan, Pelindo I dapat melaksanakan kegiatan labuh jangkar (anchorage area) di Perairan Nipah dengan alih muat (ship to ship), pencucian kapal (tank cleaning), pencampuran bahan (blending), pengisian minyak atau air bersih (bunker), dan berlabuh jangkar (logistic supply, Laid Up & Ship Chandler) sesuai dengan izin yang diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan.
Hal yang sama juga dilaksanakan di Perairan Tanjung Balai Karimun. Pihaknya optimis bisnis STS transfer di Karimun dan Nipah bisa terus berkembang. Pelindo I terus berupaya menjalin kerjasama dengan pemilik kapal dan melakukan direct marketing kepada customer untuk masuk ke Karimun maupun Nipah.
Pelindo I pun sedang melakukan evaluasi terhadap regulasi perairan Iyu Kecil Nongsa sehingga dapat dilakukan pelayanan marine advisory untuk menjamin keselamatan kapal saat melintasi perairan tersebut.