SuaraBatam.id - Salah satu jembatan ikonik yang menghubungkan Pulau Batam, Rempang, hingga Pulau Galang Baru (Barelang) itu dikenal sebagai Jembatan Barelang. Sejarah jembatan Barelang memperlihatkan perjalanan panjang sebelum akhirnya dibangun.
Asal usul jembatan Barelang, merujuk pada catatan sejarah dari Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) proyek pembangunan jembatan Barelang ini diprakarsai oleh BJ Habibie selaku Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala Badan Otorita Batam (BOB) saat Soeharto masih menjadi presiden.
Proses pembangunan enam jembatan yang menghubungkan Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Nipah, pulau Rempang, Pulau Galang, dan Pulau Galang Baru ini memakan waktu 6 tahun sejak 1992 hingga 1998. Pada tahun terakhir proyek pembangunan, jembatan itu diresmikan oleh BJ Habibie yang menjadi presiden ketiga Indonesia. Tidak jarang penduduk setempat juga menyebutnya dengan nama Jembatan Habibie.
Ada ratusan insinyur Indonesia yang terlibat dalam proyek bersejarah itu, bahkan diklaim tanpa menggunakan bantuan tenaga ahli dari luar negeri manapun. Keenam jembatan yang saat ini disebut sebagai penghubung jalan trans Barelang pada waktu itu menghabiskan anggaran pembangunan hingga Rp400 milyar.
Baca Juga:Mahasiswi Coba Bunuh Diri di Toilet SPBU Dumai, Ternyata Ini Penyebabnya
Tujuan dari pembangunan jembatan ini tidak lain untuk pengoptimalan kinerja BOB sejak diresmikan pada 1971 sebagai regulator pemekaran wilayah Kepri khususnya di Pulau Batam.
Nama Jembatan Dibuat Berbeda
Keenam jembatan itu sebenarnya memiliki masing-masing penamaan yang diambil dari nama-nama raja yang pernah berkuasa pada zaman Kerajaan Melayu Riau di abad 15 sampai 18 Masehi.
Jembatan Barelang I memiliki nama sebenarnya Jembatan Tengku Fisabilillah. Jembatan yang paling besar di antara kelima jembatan lain ini sekilas mirip dengan Golden Gate di San Fransisco, California, Amerika Serikat. Namun, ukurannya lebih kecil dengan dimensi tinggi 642 meter, lebar 350 meter, dan tinggi 38 meter.
Lalu Jembatan Barelang II aslinya bernama Jembatan Nara Singa. Jembatan kedua ini menghubungkan Pulau Tonton dan Pulau Nipah. Selanjutnya di Jembatan Barelang III dinamai dengan Jembatan Raja Ali Haji yang menyambungkan Pulau Nipah hingga Pulau Setokok.
Baca Juga:Waduh! Percobaan Bunuh Diri Anak Perempuan Meningkat Saat Pandemi
Kemudian untuk menyeberang ke Pulau Rempang dari Pulau Setokok ada Jembatan Barelang IV yang punya julukan jembatan Sultan Zainal Abidin. Sementara dari Pulau Rempang ke Pulau Galang dihubungkan dengan Jembatan Barelang V yang dinamai Jembatan Tuanku Tambusai.
Dan yang paling akhir dari proyek jembatan ini adalah Jembatan Barelang VI yang diberi nama Jembatan Raja Kecik, menghubungkan antara Pulau Galang dengan Pulau Galang Baru. Namun, penyebutan Jembatan Barelang dengan nama-nama raja tak begitu populer bagi penduduk setempat.
Diklaim Kokoh Satu Abad Tapi Rusak
Struktur bangunan Jembatan Barelang yang didirikan sejak akhir era 90-an ini diklaim mampu bertahan dan tidak akan roboh hingga satu abad. Namun, pada 2016 di Jembatan Barelang I pernah ada 9 dari 112 kabel penahan badan jembatan itu putus.
Belum diketahui secara pasti penyebab putusnya kabel-kabel penahan tersebut. BP Batam sebagai pihak pengelola jembatan itu lantas melakukan perbaikan dan menjamin bangunan jembatan itu tetap kokoh.
Misteri Paling Populer Jembatan Barelang
Jembatan megah ini juga tidak bisa lepas dari urban legend atau cerita misteri yang beredar di tengah masyarakat. Salah satu misteri yang paling populer di tengah masyarakat itu adalah kejadian orang bunuh diri dari jembatan.
Berdasarkan catatan milik Direktorat Pengamanan Aset (Ditpam) BP Batam kejadian orang bunuh diri dengan cara terjun bebas dari Jembatan Barelang berkisar antara 15 hingga 20-an kasus per-tahun. Meski sering disebut bunuh diri oleh warga sekitar, beberapa kasus di antaranya tidak dikonfirmasi oleh pihak Kepolisian setempat sebagai kasus bunuh diri karena beberapa dari kasus yang terjadi merupakan akibat tindak kejahatan maupun kecelakaan.
Sering kali korban dari kasus misterius di Jembatan Barelang I yang punya ketinggian sekitar 30-an meter itu ditemukan oleh tim penyelamat dalam keadaan tak bernyawa, bahkan ada yang tak berhasil ditemukan karena langsung terbawa oleh gelombang laut meski tidak jarang ditemukan dalam keadaan selamat.
Kasus demi kasus yang terjadi di Jembatan Barelang bukan berarti tidak mendapat perhatian dari masyarakat setempat. Salah satu pemerhatinya dari elemen masyarakat yang tergabung dalam organisasi Persatuan Pemuda Tempatan (Perpat) Kota Batam.
BP Batam sebagai pemegang kebijakan dan pengelola utama jembatan itu didesak oleh Perpat. Salah satu tuntutannya adalah BP Batam diharapkan memagari sepanjang kiri kanan jembatan agar kasus orang jatuh dari jembatan bisa ditanggulangi.
Selain misteri kasus bunuh diri yang terjadi di Jembatan Barelang. Ada juga misteri lain yang tak kalah populer yang berkembang di masyarakat sekitar.
Dua diantaranya adalah mitos mengenai larangan mengambil buah mengkudu di sebuah kampung yang berlokasi tidak jauh dari Jembatan Barelang dan misteri keberadaan pohon kelapa bercabang tujuh yang konon disakralkan oleh warga sekitar.
Kontributor : Muhammad Subchan Abdillah