Setahun telah berlalu. Hingga akhir Maret 2021 perbatasan dua negara masih ditutup, menyisakan ruang rindu yang menganga.
Harapan
Rafni tidak sendiri. Ada banyak keluarga di Batam yang musti memendam kangen dalam dada, akibat pandemi COVID-19.
Relatif banyak keluarga di Batam yang masih memiliki hubungan kekerabatan tali temali dengan warga di Singapura. Tidak heran, karena kedekatan geografisnya dan sejarah yang panjang.
Baca Juga:Pemkot Batam Pastikan Sekolah Terapkan Protokol Kesehatan
Seperti keluarga di Pulau Lengkang, yang memiliki banyak saudara di Singapura. Mereka juga harus menahan hasrat untuk saling mengunjungi akibat pandemi COVID-19.
"Dulu, sebelum pandemi, sering juga ke Singapura. Nenek kalau ke Singapura habis waktu. Menginap di rumah yang ini, nanti besok sudah dijemput lagi ke rumah saudara yang lain," kata Nulia (73), warga Pulau Lengkang.
Begitu pula dengan Lenny (16), juga harus memendam rindu untuk ayahnya yang berada di Singapura.
"Jangan rindu. Berat. Kamu enggak akan kuat. Biar aku saja," seloroh Lenny mengutip sebuah film. Ibunya berdarah Indonesia, dan ayahnya warga Singapura.
Biasanya, ayahnya yang bekerja di Singapura datang ke Batam dua kali dalam sebulan. Namun, sejak pandemi COVID-19, sudah lebih dari setahun tidak pulang.
Baca Juga:Akhir 2021, Seluruh Warga Kota Batam Terima Vaksin Covid-19
Rafni, Nulia, Lenny dan banyak warga Batam, serta Singapura lainnya punya harapan yang sama; perbatasan segera dibuka.