Politik Melayu di Tapal Batas Negeri Kepulauan Riau

Warga yang bekerja sebagai buruh angkut dan nelayan, misalnya, tidak terpengaruh terhadap uang yang diberikan politikus.

Erick Tanjung
Jum'at, 06 November 2020 | 14:19 WIB
Politik Melayu di Tapal Batas Negeri Kepulauan Riau
Aktivitas warga di Pelabuhan Sri Siantan, Kepulauan Anambas. (Antara/Nikolas Panama)

Budi menjelaskan bahwa politik kekerabatan juga kental dalam setiap pesta demokrasi. Dalam positifnya seluruh persoalan dapat di selesaikan ketikan sudah duduk bersama.

Dalam satu kedai kopi dapat ditemukan tim sukses dari tiga pasangan calon bupati dan wakil bupati duduk bersama. Hal ini jarang ditemukan di daerah lain.

Bahkan, tim sukses dari pasangan Abdul Haris-Wan Zulhendra, Yusrizal-Fatahurrahman, dan Fachrizal-Johari saling menghargai meski beda pilihan.

"Beda pilihan tetapi tetap menyatu," katanya.

Baca Juga:Dua Pegawainya Terlibat Kasus Mesum di Mobil, Sekda: Iya, Hononer

Suara Nelayan

Nelayan di Kabupaten Anambas mengharapkan Pilkada 2020 melahirkan bupati dan wakil bupati yang jujur dan adil.

"Jangan korupsi. Pemimpin harus jujur," kata Abdul Razak (49), nelayan tradisional Pulau Candi di Pelabuhan Tarempa, Anambas.

Razak sehari-hari tidak hanya bekerja sebagai nelayan. Terkadang dia bekerja sebagai pengantar barang milik pedagang dengan menggunakan perahu.

"Saya tidak tamat sekolah dasar, tetapi saya punya harapan agar pemimpin nanti orang baik," ucapnya.

Baca Juga:Kepergok Warga, Dua Sejoli Berbaju PNS di Kepri Lagi 'Gituan' Dalam Mobil

Sunadi (29), nelayan asal Pulau Nyamuk, Anambas sehari-hari bekerja membawa perahu milik bosnya. Sehari-hari dia mengantarkan orang dan barang-barang dari Pulau Nyamuk ke pulau-pulau lainnya di sekitar Tarempa, Ibu Kota Anambas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak