Eko Faizin
Kamis, 18 Desember 2025 | 15:07 WIB
Ilustrasi anggota polisi [Unsplash/Tusik Only]
Baca 10 detik
  • Seorang anggota Polda Kepri menjalani sidang etik profesi.
  • Oknum bernama Brigadir YAAS itu disebut menganiaya calon istri.
  • Polisi tersebut sempat menjalankan penempatan khusus (patsus).

SuaraBatam.id - Oknum polisi anggota Polda Kepulauan Riau (Kepri) disidang etik terkait dugaan penganiayaan dan hubungan di luar pernikahan dengan calon istri berinisial FM.

Sidang etik oknum bernama Brigadir YAAS yang bertugas di Polsek Sagulung itu digelar Bidang Profesi dan Keamanan (Bidpropam) Polda Kepri, Kamis (18/12/2025).

Kabid Propam Polda Kepri Kombes Eddwi Kurniyanto menyatakan Sidang Komisi Kode Etik Profesi (KKEP) Polri tersebut dihadiri korban FM sebagai saksi pelapor.

"Kamis pagi ini sidang etiknya dilaksanakan, komisi kode etik sudah dibentuk dipimpin oleh perwira menengah dari Polda Kepri," katanya dikutip dari Antara.

Eddwi menjelaskan bahwa undangan pemberitahuan sidang KKEP terhadap Brigadir YAAS telah disampaikan kepada korban atau saksi pelapor melalui penasihat hukumnya.

Dari hasil pemeriksaan Paminal Propam Polda Kepri, kata Eddwi, Brigadir YAAS diduga terbukti melanggar etik Polri. Dia juga sempat menjalankan penempatan khusus (patsus) setelah laporan dilayangkan oleh FM.

Selain melanggar kode etik, Brigadir YAAS juga dilaporkan secara pidana oleh korban FM, dan saat ini laporan polisi masih berproses di Ditreksrimum Polda Kepri.

Tim penasihat hukum FM mengapresiasi ketegasan Polda Kepri dalam memberikan keadilan bagi kliennya.

Ferry Hulu, selaku penasihat hukum korban menyebut pihaknya telah menerima surat pemberitahuan pelaksanaan sidang etik Brigadir YAAS.

"Harapan kami, semoga proses kode etik berjalan baik dan klien kami mendapat kepastian hukum. Apa yang dirasakan klien kami secara mental sebagai perempuan tertekan atas tindakan yang dilakukan pelaku (Brigadir YAAS)," kata Ferry.

Sementara itu, FM mengaku sudah siap mental bertemu dengan Brigadir YAAS di ruang persidangan KKEP Polda Kepri. Meski sejak kasus ini bergulir, dirinya sudah tidak ada hubungan lagi dengan pria yang pernah berjanji untuk menikah.

FM menyebut dirinya menjalin hubungan dengan Brigadir YAAS karena dijanjikan pernikahan, diyakinkan dengan telah bertemu kedua orangtua pihak perempuan dan sepakat akan melangsungkan pernikahan.

Perempuan 28 tahun itu mengorbankan pekerjaannya sebagai tenaga kesehatan, untuk mengikuti Brigadir YAAS untuk melaksanakan pernikahan secara kedinasan.

Selama menjalin hubungan, FM mengaku mengalami tindakan kekerasan seksual, hingga dia hamil. Pada bulan Juli 2025, FM mengalami keguguran untuk yang kedua kalinya.

Dia mengaku selama hamil mendapat kekerasan fisik dan psikis dari Brigadir YAAS, seperti kakinya ditendang, kuku dicabut hingga berdarah, dipiting dan didorong berkali-kali sampai jatuh ke lantai.

Load More