Berkat Wakaf Mata Air, Wilayah di Gunungkidul Ini Lepas dari Kekeringan Parah Menahun

Wilayah Gedangsari menjadi salah satu wilayah di Gunungkidul yang paling parah dilanda kekeringan

Galih Priatmojo
Minggu, 22 Agustus 2021 | 17:16 WIB
Berkat Wakaf Mata Air, Wilayah di Gunungkidul Ini Lepas dari Kekeringan Parah Menahun
Ilustrasi kekeringan. (Shutterstock)

Perlahan-lahan, para tokoh masyarakat lantas berusaha mencari donatur ataupun siapa saja yang bersedia mendonasikan dananya untuk membangun sumur bor. Mereka juga menggandeng berbagai kalangan seperti perbankan ataupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menyalurkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk membangun sumur bor dan instalasi air bersih ke rumah-rumah warga.

Satu persatu sumur bor dibangun di daerah-daerah yang sangat membutuhkan air bersih. Tak hanya BUMN, bahkan masyarakat sendiri juga mulai membangun sumur bor sekaligus instalasinya. Alat untuk mencari sumber mata airpun diciptakan dengan keakuratan tinggi. Sehingga upaya pengeboran tanahpun tidak sia-sia.

"Sini hitungannya kalau mengebor itu ada yang permeter namun ada juga yang kontrak sampai air keluar,"tambahnya.

Perlahan-lahan persoalan air bersihpun mulai teratasi. Kini di Kapanewon Gedangsari setidaknya ada 155 buah sumur bor yang tersebar di hampir semua kalurahan. Dan hampir semua masyarakat kini sudah tidak perlu lagi membeli air bersih ataupun berjalan jauh untuk mendapatkan air bersih.

Baca Juga:Yatim Piatu, Rifky Anggota Paskibraka Gunungkidul yang Positif Covid-19 Isoman Sendirian

Iman menyebut, hanya tinggal 10 persen wilayah Gedangsari yang belum terjangkau sumur bor. Namun pihaknya menargetkan tahun ini sudah semua wilayah Gedangsari bisa terjangkau sumur bor. Tak perlu lagi mengharapkan bantuan air bersih dari pemerintah ataupun swasta.

Iman mengatakan Gedangsari memiliki 67 padukuhan dari 7 kalurahan dengan 7.024 Kepala Keluarga dan 22.760 jiwa. Dari jumlah tersebut, 95% warga mengalami kekeringan. Selama ini pihaknya mengumpulkan stakeholder untuk berembuk mencari solusi. 

"Saat itu kami mulai mengampanyekan Gerakan ini dengan melakukan pendekatan kepada BUMD, BUMN, lembaga swasta, maupun perseorangan untuk melakukan wakaf mata air,"ujar dia.

Dengan kinerja yang cukup solid hingga akhirnya banyak yang melakukan wakaf untuk meretaskan permasalahan air bersih. Sekitar 2,5 tahun program ini berjalan, sumur bor gali maupun pompa air terus dibangun sehingga tinggal sekitar 10% warga Gedangsari mengalami bencana kekeringan. 

Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Eddy Basuki mengatakan pada kemarau kali ini setidaknya ada 99.559 jiwa terdampak dari adanya kekeringan. Mereka berasal dari 10 Kapanewon dan semuanya telah mengajukan bantuan air bersih kepada BPBD Gunungkidul. 

Baca Juga:Anggota Paskibraka Gunungkidul yang Terpapar Covid-19 Bertambah Jadi 23 Orang

“Pendistribusian masih bisa bertambah, demikian dengan wilayah yang terdampak kekeringan,"ujar dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini