"Kami merasa mereka menjadi agak berpuas diri dan mungkin mengira sudah memenangkan laga ini. Jadi kami memanfaatkan hal ini untuk keuntungan kami," ujarnya lagi.
Swiss merasakan lawannya mulai memudar dan mereka pun mengambil inisiatif, melawan, dengan gol kedua Haris Seferovic dan kemudian gol penyama kedudukan pada menit ke-90 dari Mario Gavranovic.
Prancis tidak dapat menemukan kembali semangat yang telah membuat mereka unggul, dalam semua kualitas mereka, mereka tidak lagi disiplin dan menyatu yang telah begitu penting bagi kesuksesan mereka dalam Piala Dunia di Rusia tiga tahun lalu.
“Tim terbaik layak melangkah ke babak berikutnya dan malam ini yang terbaik itu Swiss,” kata mantan gelandang Prancis Patrick Vieira.
Baca Juga:Fakta Kilat Piala Eropa 2020 : Duel Ketat Kroasia vs Spanyol
"Sungguh tim nasional Prancis yang buruk. Tak ada kebersamaan, tidak ada semangat. Kami tidak bermain sebagai tim sehingga kami tidak pantas melangkah ke babak berikutnya."
Semangat Tim Swiss Luar Biasa
Granit Xhaka yang sering diejek karena penampilannya bersama Arsenal jadi jenderal di lini tengah dan Gavranovic yang bermain di Liga Kroasia, menyusahkan lini belakang Prancis setelah masuk lapangan pada menit ke-73.
Xhaka belakangan dikait-kaitkan dengan kepindahannya ke AS Roma. Namun, bukan berarti pilihan bertahan di Arsenal tidak ada usai penampilannya yang cemerlang bersama Swiss.
Tetapi di atas semua itu, Swiss menunjukkan kekuatan kolektif yang tidak dimiliki Prancis, mereka mempertahankan bentuk permainannya, mereka bangkit dan mereka bekerja tatkala lawan-lawannya terlihat seperti hendak kalah.
Baca Juga:Jerman Tantang Inggris di Wembley, Stefan Effenberg Lontarkan Psywar
"Kami menunjukkan keberanian, hati, kami mempertaruhkan segalanya di luar sana," tambah Sommer seperti dikutip Reuters.