SuaraBatam.id - Tiga nelayan asal Kabupaten Bintan saat ini dikabarkan ditangkap oleh Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM). Kekinian, ketiga nelayan itu ditahan di Malaysia..
Disampaikan oleh Ketua Kelompok Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Bintan, Buyung Adli, para nelayan yang ditahan oleh polisi Malaysia adalah warga Kampung Masiran Desa Gunung Kijang, Bintan.
"Tiga nelayan yang ditangkap dan kini ditahan di Malaysia adalah Agus Suprianto (26), Sandi (18), dan Andi (18)," ujar Buyung, Senin (12/7/2021).
Berdasarkan laporan yang diterima olehnya, tiga nelayan itu pergi melaut pada Kamis (8/7/2021) sekitar pukul 2.00.WIB dengan menumpangi boat ukuran 34 kaki mesin 35 PK dan berkapasitas 3 Grose Tone (GT).
Rombongan nelayan itu membawa alat tangkap ikan berupa rawai dan pancing menuju Len 104 dengan Nomor bawah Gps 35.36.
"Mereka di perairan Pulau Awor diperkirakan 52 mil dari bibir pantai Kampung Masiran ke arah barat," kata dia kepada Batamnews --jaringan Suara.com.
Biasanya, rombongan nelayan akan melaut selama 2 hingga 3 hari. Namun, salah satu ABK yang bernama Andi menghubungi pemilik boat yang mereka tumpangi yaitu Pak Safarudin pada Minggu (11/7 2021) malam.
"Pak Safarudin menerima WA dari Andi sekitar pukul 20.00 WIB. Dalam pesan WA itu Andi mengatakan mereka ditahan oleh Polisi Malaysia," tulis pesan tersebut.
Hingga saat ini, pihak keluarga maupun pemilik boat tidak bisa lagi mendapat kan kabar dari ketiganya yang ditahan di Malaysia.
Baca Juga: Tuding Pemerintah Gagal Tangani Pandemi, UMNO Tarik Dukungan dari PM Malaysia
Ia berharap, pemerintah bisa membantu mereka membantu para nelayan sehingga mereka bisa pulang ke rumah.
Buyung juga meminta kepada pemerintah bisa memberikan bekal komunikasi yang lengkap kepada para nelayan yang menangkap ikan di perbatasan.
Sehingga jika ada kerusakan dan lain hal mereka bisa segera berkomunikasi, baik meminta bantuan kepada rekan sesama nelayan atau khusus kontak nomor bagian pengawas perikanan.
"Kami dari KNTI meminta pemerintah harus perhatiakan nelayan yang melakukan penagkapan ikan yang berada di perbatasan. Berikanlah nelayan peta atau koordinat-koordinat perbatasan sehingga nelayan paham akan garis sempadan negara. Lalu berikan mereka alat komuniksi yang baik untuk komuniksi ketika perahu mengalami kerusakan dan berpotensi masuk kenegara tetangga karena terbawa arus atau gelombang. Sebab ini bukan yang pertama kali terjadi," pungkasnya.
Berita Terkait
-
COVID-19 Delta di Asia Tenggara:Kasus Tinggi, RS Kewalahan hingga Kemarahan Publik
-
Perbatasan RI - Malaysia di Kalimantan Barat, Luas dan Geografis Pulau Kalimantan
-
Pemprov Kepri Ajukan Tambahan Vaksin Covid-19 Pada Pemerintah Pusat
-
Tak Kunjung Pulang, Seorang Pria di Malaysia Ditemukan Tewas Gantung Diri di Bengkel
-
Sudah Vaksin Kedua, Ribuan Tenaga Kesehatan di Malaysia Kembali Positif Covid-19
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
Terkini
-
Batam Siapkan 30 Dapur MBG untuk Wilayah 3T di Kepri
-
SPPG di Aceh Beralih ke Bahan Baku Lokal dan Briket Batu Bara
-
Mitra, Yayasan dan SPPG Harus Bekerja Sama Demi Kesuksesan Program MBG
-
Ratusan SPPG di Aceh Jadi Dapur Umum, Salurkan 562.676 Porsi ke Korban Banjir
-
Ini Dia Rekomendasi 6 Speaker JBL Terbaik di Promo 12.12