SuaraBatam.id - Ketika bulan Ramadan memasuki pekan terakhir, suasana di Pancur, Lingga Utara, Kabupaten Lingga, Kepulaun Riau, berubah menjadi lebih semarak.
Masyarakat di sana, khususnya para pemuda, mulai mempersiapkan diri menyambut malam 7 Likur, sebuah tradisi yang sudah turun-temurun dilestarikan.
Mereka membangun gerbang megah yang dipenuhi lampu warna-warni dan ornamen islami di Jembatan 1 Pasar Pancur, sebuah pemandangan yang menjadi simbol persatuan dan semangat gotong royong masyarakat setempat.
Apa Itu Malam 7 Likur?
Baca Juga:Jadwal Berbuka Puasa dan Imsakiyah di Batam 13 Maret 2025
Malam 7 Likur merupakan malam ke-27 di bulan Ramadan, yang dalam tradisi masyarakat Melayu dipercaya sebagai salah satu malam istimewa.
Malam ini diyakini memiliki keutamaan, karena kemungkinan besar merupakan malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Namun, di beberapa daerah, khususnya di Kepulauan Riau, Malam 7 Likur tidak hanya dimaknai secara spiritual tetapi juga menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi dan memperindah lingkungan dengan dekorasi lampu warna-warni.
Gerbang 7 Likur: Simbol Kebersamaan
Di Pancur, Lingga Utara, antusiasme menyambut Malam 7 Likur terlihat nyata dari pembangunan Gerbang 7 Likur.
Ketua kegiatan, Ombeng, mengungkapkan bahwa pembangunan gerbang ini telah menjadi tradisi yang terus dijaga oleh pemuda setempat.
"Pengerjaan gerbang baru mencapai 50 persen, tapi saya yakin dengan semangat gotong royong dan dukungan masyarakat, gerbang ini akan selesai dengan sukses. Kami menggalang dana dan bahkan patungan antar pemuda untuk mewujudkannya. Setiap tahun, desainnya dibuat berbeda agar lebih menarik dan memberikan nuansa khas Ramadan," ujar Ombeng, dilansir dari Batamnews, 18 Maret 2025.
Teguh Bakti Mandiri, seorang pemuda dari Masjid Al-Falah Pancur, mengapresiasi upaya ini.
"Gerbang ini bukan hanya dekorasi, tetapi juga menjadi tanda bahwa semangat persatuan dan gotong royong masih terjaga. Tradisi ini harus terus dilestarikan agar tidak hilang ditelan zaman," katanya.
Lebih dari Sekadar Dekorasi
Gerbang yang dibangun di Jembatan 1 Pasar Pancur bukan hanya sebuah hiasan, melainkan simbol nyata dari semangat kebersamaan.
Pembangunannya melibatkan banyak pihak, mulai dari pemuda, orang tua, hingga masyarakat umum yang saling membantu dalam proses pengerjaan, baik dengan tenaga, ide, maupun dukungan finansial.
Rendi, seorang tokoh pemuda setempat, mengakui bahwa semangat generasi muda dalam melestarikan tradisi ini sangat luar biasa.
"Dengan adanya Gerbang 7 Likur ini, kita bisa melihat betapa semangat pemuda dalam melestarikan tradisi sangat luar biasa. Semakin banyak generasi muda yang ikut berpartisipasi dalam menjaga warisan budaya dan memperkuat ikatan sosial di tengah masyarakat," ujarnya.
Makna Filosofis di Balik Malam 7 Likur
Bagi masyarakat Pancur, Malam 7 Likur bukan hanya momen untuk mempercantik lingkungan dengan lampu-lampu. Tradisi ini juga mengandung nilai spiritual dan sosial yang tinggi.
Selain diyakini sebagai salah satu malam yang penuh berkah, semangat gotong royong yang ditunjukkan dalam pembangunan Gerbang 7 Likur menjadi pengingat bahwa persatuan dan kebersamaan dapat menghasilkan karya yang luar biasa.
Para orang tua turut serta dengan memberikan masukan desain, menyumbangkan bahan bangunan, dan memberikan dukungan moral.
Semangat ini menegaskan bahwa tradisi 7 Likur bukan hanya milik generasi muda, melainkan warisan yang dijaga oleh seluruh lapisan masyarakat.
Harapan untuk Masa Depan
Melihat antusiasme yang begitu besar, masyarakat Pancur berharap tradisi Malam 7 Likur terus dilestarikan dan dikembangkan dengan inovasi baru di masa depan. Rendi menutup pembicaraan dengan optimisme.
"Semoga di tahun-tahun berikutnya, semakin banyak inovasi dan semangat kebersamaan dalam menyambut Malam 7 Likur. Tradisi ini adalah bagian dari identitas kita, dan kita semua bertanggung jawab untuk melestarikannya," tutupnya.
Malam 7 Likur di Pancur menjadi bukti nyata bahwa tradisi lokal dapat menjadi pemersatu masyarakat, menghadirkan keindahan dalam kesederhanaan, serta menyatukan nilai spiritual dan sosial dalam satu perayaan yang penuh makna.