Tak Punya Uang dan Tempat Tinggal, Puluhan WNI yang Dideportasi dari Malaysia Datang ke DPRD Batam

Mereka mengadu karena tak punya tempat tinggal dan biaya hidup di Batam. Puluhan WNI itu berasal dari Aceh, Medan hingga Madura.

Eliza Gusmeri
Jum'at, 16 September 2022 | 17:48 WIB
Tak Punya Uang dan Tempat Tinggal, Puluhan WNI yang Dideportasi dari Malaysia Datang ke DPRD Batam
Para WNI yang baru saja dideportasi dari Malaysia via Batam mengaku tak punya apa-apa. (Foto: Arjuna/Batamnews)

SuaraBatam.id - Puluhan WNI yang baru saja dideportasi Pemerintah Malaysia ke Batam mendatangi kantor DPRD Batam, Jumat (16/9/2022) pagi.

Mereka mengadu karena tak punya tempat tinggal dan biaya hidup di Batam.  Puluhan WNI itu berasal dari Aceh, Medan hingga Madura.

Beberapa diantaranya bahkan ada yang sudah hampir 10 tahun berada di Malaysia.

Adi (43) warga Aceh Timur mengaku sudah 9 tahun bekerja di Malaysia. Awalnya hanya menggunakan paspor pelancong, namun pada akhirnya ia terjebak di Malaysia akibat Covid-19.

Baca Juga:Keji! Video Viral Ibu Kepruk Kepala Anak Kandungnya Pakai Meja dan Kursi Kayu

"Sejak selesai tsunami saja di sana (Malaysia). Kerja (buruh) bangunan. Sudah menikah pulak di sana, anak sudah dua orang," ujar Adi, saat dijumpai di depan Kantor DPRD Batam, dilansir dari Batamnews--jaringan suara.com.

Diceritakannya, ia kerap lolos dari operasi yang dilakukan Polis Diraja Malaysia dan imigrasi setempat. Dan pada awal 2022 lalu, akhirnya ia terjaring hingga dijebloskan ke dalam penjara.

Ia dipenjara sekitar 8 bulan. Perlakuan petugas di sana pun menurutnya tak manusiawi.

"Kejam, Bang. Macam trauma saya mau ceritakan. Yang jelas pedih, lah. Kita disiksa macam binatang," katanya.

Singkat cerita, ia bisa menghirup udara bebas. Namun bukan dibebaskan pulang ke rumah, melainkan didepak ke Indonesia.

Baca Juga:Ketua Komisi I DPRD Sebut BP Batam Biang Kerok Tumpang Tindih Alih Fungsi Lahan di Batam

"Saya ngaku tak punya dokumen kependudukan jelas. Saya nikah pun tak diakui kerajaan, kalau istilah orang-orang kita bilang nikah siri, secara agama sah, tapi negara tak mencatat," kata dia.

Ia juga kesal lantaran tak dipertemukan lagi dengan istri dan anak terkasih. Ia mengaku Malaysia jadi seperti rumah, tempat mencari uang dan sudah miliki keluarga di sana.

"Namanya juga orangtua pasti rindu anak. Tapi mau macam mana lagi, saya sekarang cuma memikirkan bagaimana bisa hidup di Batam ini untuk sementara karena tak ada tempat tinggal, makan pun tak tau macam mana nanti," kata Adi.

Mereka sempat juga mengadu ke KBRI, namun tak ada tanggapan. Adi kini hanya berharap bisa dipulangkan ke Aceh terlebih dahulu.

"Minta sama dewan kita yang terhormat ini, lah, supaya dapat solusi terbaik untuk kami. Setidaknya dikasi tempat tinggal dan makan untuk sementara waktu," ujar dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini