SuaraBatam.id - Presiden Rusia Vladimir Putin menawarkan kerja sama pengembangan teknologi nuklir kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurut pengamat ekonomi energi UGM Fahmy Radhi bahwa tawaran itu adalah momentum untuk merealisasikan pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN di Indonesia.
"Menurut saya saat inilah momentum yang tepat," kata Fahmy di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (6/7/2022), dikutip dari suara.com.
Menurut dia, rencana pembangunan PLTN di Indonesia terlalu lama jika harus menunggu 2040 mengacu Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).
Baca Juga:Pada 2025, Stasiun Manggarai Bakal Layani KRL Jabodetabek, Kereta Jarak Jauh hingga KA Bandara
"Kalau 2040 akan tertinggal jauh," ujar Fahmy Radhi.
Karena itu, Fahmy menuturkan tawaran Vladimir Putin terkait pengembangan teknologi nuklir di Indonesia wajib diterima, apalagi Indonesia memiliki target mencapai nol emisi karbon pada 2060.
Tanpa menghadirkan nuklir sebagai energi komplementer, menurutnya, mustahil Indonesia mencapai target itu.
"Dengan kemampuan Rusia yang cukup besar, kemudian juga kebutuhan Indonesia untuk mencapai zero carbon dan kita punya uranium maka wajib menerima tawaran dari Putin," ujar dia.
Karena memiliki bahan baku uranium sendiri, menurut dia, biaya produksi pengembangan PLTN di Indonesia lebih murah dibandingkan di negara lain yang tidak memiliki uranium.
Baca Juga:Masyarakat Diminta Bersyukur Harga Beras Tidak Naik
"Kita punya uranium, kita punya sumber daya tapi kita tidak punya teknologi karena untuk PLTN dibutuhkan teknologi tinggi," kata Fahmy Radhi.