Sepanjang Pandemi, Sebanyak 415 Anak Bunuh Diri di Jepang

Melansir dari Reuters, menurut survei dari kementrian itu, ada 415 anak dari usia sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) yang tercatat bunuh diri.

Eliza Gusmeri
Sabtu, 16 Oktober 2021 | 09:40 WIB
Sepanjang Pandemi, Sebanyak 415 Anak Bunuh Diri di Jepang
Ilustrasi mayat (Shutterstock)

SuaraBatam.id - Kementerian Pendidikan Jepang melaporkan bahwa kasus bunuh diri anak di Jepang mencapai rekor tertinggi saat pandemi.

Melansir dari Reuters, menurut survei dari kementrian itu, ada 415 anak dari usia sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) yang tercatat bunuh diri.

Kasus-kasus bunuh diri anak usia sekolah yang terjadi saat pandemi Covid-19 itu mendorong penutupan sekolah-sekolah dan mengganggu kegiatan belajar di ruang kelas pada 2020.

Jumlah kasus bunuh diri anak itu naik hampir 100 kasus dibandingkan dengan tahun lalu (2019), yang merupakan angka tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1974, seperti diberitakan surat kabar Asahi pada Kamis.

Baca Juga:Atlet PON Kepri Tiba di Batam, Bawa 2 Medali Emas 5 Perak dan 4 Perunggu

Jepang adalah salah satu negara dengan kasus bunuh diri tertinggi di dunia. Aksi bunuh diri memiliki sejarah panjang di Jepang sebagai suatu cara untuk menghindari rasa malu atau aib. Jepang telah lama menjadi negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di antara negara-negara Kelompok Tujuh (G7).

Namun, suatu upaya nasional telah menurunkan angka bunuh diri sekitar 40 persen selama 15 tahun, termasuk penurunan kasus selama 10 tahun berturut-turut mulai dari 2009.

Akan tetapi, di tengah pandemi, kasus bunuh diri meningkat pada 2020 setelah satu dekade menurun. Dan tercatat bahwa jumlah wanita yang melakukan bunuh diri melonjak di tengah tekanan emosional dan finansial yang disebabkan oleh pandemi virus corona.

Selama pandemi ini, jumlah pria yang melakukan bunuh diri lebih sedikit dibandingkan wanita.

Mengutip Antara, Kementerian Pendidikan Jepang menyebutkan rekor tertinggi lebih dari 196.127 anak sekolah tidak masuk selama 30 hari atau lebih, menurut laporan media lokal negara itu.

Baca Juga:Permainan Gasing di Batam Masuk Sebagai Warisan Tak Benda

Hasil survei menunjukkan bahwa perubahan di lingkungan sekolah dan rumah akibat pandemi Covid-19 berdampak besar pada perilaku anak-anak, kata seorang pejabat kementerian pendidikan Jepang seperti dikutip media NHK.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini