Geliat Teknologi Bantu Pariwisata Terus Bernafas di Tengah Himpitan Pandemi Corona

Sandiaga Uno berharap berbagai konten digital bisa terus dikembangkan hingga menarik dan menumbuhkan ekonomi pariwisata.

M Nurhadi | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 28 Mei 2021 | 06:00 WIB
Geliat Teknologi Bantu Pariwisata Terus Bernafas di Tengah Himpitan Pandemi Corona
Kaksam Rizky (32) menunjukkan game board Sutasoma The Temple of Yogyakarta kepada awak media, Kamis (27/5/2021).[Suara.com/Hiskia]

Kartu harta tersebut yang juga menjadi poin di akhir permainan Sutasoma ini. Jika memang salah satu tim bisa meletakkan kartu harta itu di kartu misi yang sesuai maka tim yang memiliki lebih tinggi dinyatakan sebagai pemenang.

Sutasoma dapat dimainkan oleh rentan usia minimal anak 7 tahun ke atas. Dengan melibatkan dua sampai enam pemain.

Durasi permainan pun juga akan tergolong singkat yakni estimasi hanya 15 menit saja dalam sekali main. Menurut Rizky, selain digunakan sebagai edukasi game Sutasoma juga memang bertujuan sebagai hiburan anak-anak.

Setiap materi yang disediakan itu meliputi lima hal telah disebutkan di awal tadi yakni terkait Candi Borobudur, Candi Prambanan dan Candi Ratu Boko. Serta kisah tentang Roro Jonggrang dan Ramayana.

Baca Juga:Di Ubud, Sandiaga Uno Sajikan Gado-gado dan Ketoprak untuk Dubes Hungaria

Di dalam materi itu akan terdapat sejumlah penjelasan mengenai hal-hal dari tempat dan kisah sejarah tadi. Semisal dengan kisah Rama atau Sinta di dalam Ramayana, hingga sejarah pembuatan candi hingga tata letaknya.

Secara lebih sederhana, jika memang ada turis yang datang akan mendapatkan kartu tersebut. Kemudiam yang bersangkutan tinggal scan saja melalui ponsel masing-masing.

Sutasoma masih menantikan investor agar bisa launching hingga dikenal lebih banyak orang.

Sutasoma dan Bhinneka Tunggal Ika

Terkait pemilihan nama Sutasoma, awalnya bukanlah ide pertama. Ia akhirnya memilih Sutasoma karena dianggap ramah di telingan Indonesia.

Baca Juga:Palembang Tuan Rumah Triathlon Series 2021, Bakal Dihadiri Sandiaga Uno

"Jadi awalnya dulu arkeologi, cuma ngomongnya susah. Cuma kalau Sotasoma ini akhirnya mudah diucapkan dan gampang ditulis," kata pria yang juga merupakan salah satu dosen di Universitas Amikom Yogyakarta itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini