Pelukis Ungkap Proses Panjang Penggambaran Sketsa Potret Sultan Batam

Proses melahirkan lukisan Nong Isa tersebut menghadirkan pengalaman baru bagi Marani

Reky Kalumata
Minggu, 16 Mei 2021 | 00:29 WIB
Pelukis Ungkap Proses Panjang Penggambaran Sketsa  Potret Sultan Batam
Sketsa potret Raja Ali Haji di Museum Batam Raja Ali Haji, Batam. (Foto: media center batam)

SuaraBatam.id - Proses panjang pelukisan sketsa potret Raja Isa bin Raja Ali atau Nong Isa, ternyata meninggalkan bekas mendalam bagi sang pelukis.

Seniman lukis asal Batam, Marani (58) bahkan adanya semacam atmosfir sakral dan gaib tatkala merampungkan lukisan Nong Isa yang telah dua bulan lebih dikerjakannya itu.

"Awal sih masih biasa saja, namun hingga revisi ke 40, aura sakral dan mistis nya semakin kental saat mencapai final. Selama melukis potret Nong Isa, beberapa kali saya merasa sekujur tubuh merinding, seperti ada atmosfir yang sakral," ungkapnya, Sabtu (15/5/2021).

Pria kelahiran Belitung ini bersyukur, meskipun prosesnya cukup panjang, namun lukisan yang dibuatnya dapat menjadi bagian dari sejarah Museum Batam Raja Ali Haji.

Baca Juga:Sosok Wajah Sang Sultan Batam Yang Kini Bisa Dinikmati oleh Masyarakat

Marani mengaku melukis potret Raja Ali Haji, dengan menggunakan bubuk arang dan pensil, serta kanvas besar, di kediaman nya yang berada di kawasan Tiban

Proses melahirkan lukisan Nong Isa tersebut menghadirkan pengalaman baru bagi Marani.

Marani menuturkan awal dimulai nya proses lukisan itu dibuat dari penggambaran sosok Nong Isa yang hadir dalam bunga tidur salah satu zuriahnya, yakni Raja Badrillah.

Di mimpi gadis berusia 14 tahun itu, sosok Nong Isa digambarkan berambut agak lebat, bermisai tipis, beralis tebal tapi pendek, hidung mancung sejak dari pangkal, serta berperawakan tinggi.

Marani mengakui mulanya agak kesulitan menangkap gambaran sosok Nong Isa yang memang tidak memiliki peninggalan foto atau potret terdahulu.

Baca Juga:Tips Berbelanja di Batam, Bedakan Barang Asli Atau KW

Sketsa wajah yang semula digambar di atas kertas menggunakan pensil arang itu pun berulang kali direvisi untuk memperoleh kemiripan dengan bayangan ingatan Raja Badrillah yang masih segar membekas.

"Saya melukis sambil mendengarkan uraian Raja Badrillah tentang ciri-ciri Nong Isa dari mimpinya. Potret itu telah direvisi hampir 20 kali sejalan dengan korespondensi dengan yang bersangkutan," papar Marani.

Sketsa pertama yang dikerjakannya tidak seratus persen diterima oleh Raja Badrillah, pasalnya masih ada beberapa ciri-ciri yang kurang mendekati.

Alhasil, Marani pun beberapa kali menggambar ulang potret itu sampai akhirnya mendekati bayangan ingatan Raja Badrillah akan sosok Nong Isa.

Ketika sketsa terakhir telah diterima oleh Raja Badrillah dan dinilai paling mirip dengan bayangannya, Marani pun diminta menghadirkan sketsa tersebut dalam bentuk lukisan hitam putih besar berukuran 120x170cm.

"Lukisan itu saya kerjakan di rumah. Tidak ada kendala, karena sketsa aslinya sudah di-acc oleh Raja Badrillah tanpa revisi lagi," tutur Marani.

Kontributor : Partahi Fernando W. Sirait

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini