Scroll untuk membaca artikel
Eliza Gusmeri
Jum'at, 26 Juli 2024 | 10:05 WIB
Pagoda Sata-Sahasra Buddha di Tanjungpinang, Kepulauan Riau [antara]

SuaraBatam.id - Pagoda Sata-Sahasra Buddha di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, adalah sebuah bangunan megah yang memiliki banyak keunikan. Salah satu yang paling mencolok adalah adanya ribuan keramik relief Buddha yang menghiasi dindingnya.

Keramik-keramik ini tidak hanya berfungsi sebagai ornamen, tetapi juga sebagai tanda pengingat bagi para donatur yang telah menyumbangkan dana untuk pembangunan pagoda.

“Jadi ini nama-nama donatur yang berderma di Pagoda,” kata Satrio, pekerja sekaligus perawat Pagoda, dilansir dari Antara.

Setiap keramik relief Buddha memiliki nama donatur yang terukir di atasnya. Nama-nama ini dituliskan baik dalam aksara China maupun Indonesia.

Baca Juga: Dibuka Lowongan Kepala Badan Pengusahaan KPBPB Bintan, Cek Persyaratan dan Tahapannya

Uniknya, semakin dekat letak keramik dengan altar utama atau patung Buddha, semakin besar pula nilai donasi yang dibutuhkan. Hal ini menunjukkan penghormatan yang tinggi terhadap tempat-tempat suci dalam agama Buddha.

Selain menjadi tempat ibadah, Pagoda Sata-Sahasra Buddha juga menjadi destinasi wisata yang populer. Pengunjung dapat menikmati keindahan arsitektur pagoda, mempelajari sejarah dan budaya Buddha, serta mengambil foto-foto menarik.

Keberadaan pagoda ini juga memperkaya khazanah wisata religi di Indonesia, khususnya di wilayah Kepulauan Riau. Secara singkat, Pagoda Sata-Sahasra Buddha adalah sebuah bangunan yang menggabungkan nilai-nilai spiritual, budaya, dan seni.

Ribuan keramik relief Buddha yang menghiasi dindingnya tidak hanya menjadi simbol keindahan, tetapi juga menjadi bukti nyata dari sumbangsih para donatur dalam pembangunan dan pelestarian agama Buddha.

“Kalau mau dekat dinding disamping patung Buddha ini beda lagi nominal donasinya,” kata Satrio.

Baca Juga: Catat Tanggalnya, Sambut 1 Muharram 1446 H Tanjungpinang Gelar Pawai Akbar dan Tablig Akbar

Selain jadi wisata Instagramabel juga jadi tempat foto pranikah khususnya warga keturunan Tionghoa.

“Masuk gratis, yang penting jangan merusak,” kata Satrio.

Load More