
SuaraBatam.id - Inisiasi Masyarakat Adat (IMA) mengeluarkan pernyataan tegas mengenai kondisi mengkhawatirkan yang dihadapi Suku Laut di Provinsi Kepulauan Riau.
Dalam temuan yang diungkapkan oleh Ketua IMA, Nukila Evanty, dalam rilis yang diterima suarabatam.id, 23 Mei bahwa masyarakat adat ini menghadapi berbagai ancaman yang mengancam kelangsungan hidup mereka, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya.
Selama dua hari penelitian pada program fellow di International Indigenous Women’s Forum (FIMI) di Batam, Nukila Evanty menemukan bahwa Suku Laut di Air Mas, Pulau Tanjung Sauh Nongsa, dan Pulau Dare Belakang Padang mengalami degradasi signifikan dalam hak-hak budaya dan kesejahteraan mereka.
Nukila menyatakan bahwa kondisi mereka sangat memprihatinkan, terutama bagi perempuan dan anak-anak Suku Laut, dan mendesak pemerintah untuk segera bertindak.
Baca Juga: Parah! 6.000 Lulusan SMP Kepri Diprediksi Tak Tertampung di Sekolah Negeri
“Kami melihat kondisi mereka begitu miris, terutama bagi perempuan dan anak-anak suku laut,” ujar Nukila. “Pemerintah harus segera turun tangan untuk mengatasi masalah ini dan melindungi hak-hak mereka.”
Salah satu temuan utama adalah penyeragaman budaya yang dipaksakan kepada Suku Laut, memaksa mereka meninggalkan tradisi seperti penggunaan perahu tradisional, bahasa, dan cara menangkap ikan yang unik, yang merupakan pelanggaran hak budaya mereka.
Selain itu, perempuan dan anak-anak Suku Laut mengalami kekerasan berbasis gender dan kemiskinan terstruktur, menghadapi kesulitan ekonomi yang besar.
Suku Laut juga dipindahkan ke darat dengan janji kehidupan yang lebih baik, namun diberikan perumahan yang tidak memenuhi standar layak huni menurut Deklarasi Hak Asasi Manusia.
Banyak dari mereka kesulitan dalam akses terhadap makanan bergizi, klinik kesehatan, dan fasilitas dasar lainnya. Anak-anak Suku Laut harus menempuh jarak jauh untuk sekolah, menyebabkan banyak yang putus sekolah dan menikah di usia dini.
Baca Juga: Kepri Datangkan Qori dari Tanzania di Haflah Al-Qur'an, Suaranya Pukau Masyarakat Tanjungpinang
Pembangunan industri yang masif di Batam mengancam ruang hidup nelayan Suku Laut, menyebabkan kerusakan lingkungan laut dan mempersulit mereka dalam mencari nafkah.
Berita Terkait
-
Solidaritas Merauke: Ratusan Masyarakat Adat Bersatu Tolak PSN yang Mengancam Hak dan Lingkungan!
-
RUU Polri dan RUU Penyiaran Picu Perdebatan, Survei Kawula17: Mayoritas Publik Dukung RUU Perampasan Aset dan RUU PPRT
-
Sidang Kasus Narkoba Eks Polisi di Batam, Saksi Ungkap Penyisihan Barang Bukti Sabu
-
Hutan Mangrove Lestari, Ekonomi Masyarakat Adat Kaltim Kuat Berkat Beasiswa Kemitraan Baznas
-
DPR Minta Kepala OIKN Pikirkan Masyarakat Adat: Jangan sampai Kita Dikutuk
Terpopuler
- Mudik Lebaran Berujung Petaka, Honda BR-V Terbakar Gara-Gara Ulang Iseng Bocah
- Persija Jakarta: Kalau Transfer Fee Oke, Rizky Ridho Mau Ya Silahkan
- 3 Pemain Liga Inggris yang Bisa Dinaturalisasi Timnas Indonesia untuk Lawan China dan Jepang
- Pemain Kelahiran Jakarta Ini Musim Depan Jadi Lawan Kevin Diks di Bundesliga?
- Infinix Hot 50 vs Redmi 13: Sama-sama Sejutaan Tapi Beda Performa Begini
Pilihan
-
Mees Hilgers Dituduh Pura-pura Cedera, Pengamat Pasang Badan
-
Anthony Elanga, Sang Mantan Hancurkan Manchester United
-
BREAKING NEWS! Daftar 23 Pemain Timnas Indonesia U-17 di Piala Asia U-17 2025
-
Terungkap! MisteriHilangnya Oksigen di Stadion GBK Saat Timnas Indonesia vs Bahrain
-
Tolak Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Ini Bakal Setim dengan Cristiano Ronaldo
Terkini
-
Jadwal Imsakiyah Batam Hari Ini, Berikut Tips Berbuka Sehat Agar Puasa Lancar
-
Longsor Parah Lumpuhkan Akses ke Pelabuhan Utama Lingga, Warga Minta PU Segera Perbaiki Jalan
-
Meutya Hafid Sebut iPhone 16 Lolos Sertifikasi, AirTag Segera Diproduksi di Batam
-
200 Rumah di Lingga Dibekali Panel Surya untuk Perluas Akses Listrik, Kapan Direalisasi?
-
Waspadai Modus Penipuan Jelang Lebaran di Batam, Ini Tips Agar Tak Jadi Korban