Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Senin, 31 Januari 2022 | 15:55 WIB
Ikan Dingkis salah satu simbol perayaan Imlek di Batam Kepulauan Riau. [Suara.com/Partahi)

SuaraBatam.id - Ikan dingkis kerap menjadi sajian dalam perayaan Imlek di Batam, Kepulauan Riau (Kepri). Ikan tersebut salah satu simbol dalam Imlek lantaran dipercaya membawa 'hoki'.

Namun berbeda dengan tahun sebelumnya, penangkapan ikan dingkis menjelang Imlek 2022 ini, penangkapan ikan dingkis mengalami penurunan.

Hal ini seperti yang dikeluhkan oleh Windu, salah satu nelayan yang biasa melaut di perairan Tanjung Piayu.

Menurunnya hasil penangkapan ikan dingkis, juga mempengaruhi hasil penjualan ke beberapa pasar di Kota Batam.

"Tahun ini hasil tangkapan jauh berkurang kalau dibandingkan dengan 2021 lalu," jelasnya, Senin (31/1/2022)

Walau begitu, jelang Imlek di tahun 2022 ini, Wisnu juga menerangkan bahwa penjualan ikan dingkis ke pasaran pada tahun ini lebih membaik dibandingkan tahun sebelumnya.

"Memang sedikit, tapi harga agak lebih baik dari tahun sebelumnya. Karena pandemi, tahun lalu harga sempat anjlok walau ikan banyak," terangnya.

Wisnu melanjutkan pada bongkar pertama penangkapn ikan dingkis dengan sistem kelong pada, Rabu (26/1/2022) lalu,

Ia berhasil mendapat 30 kilogram ikan dingkis 30 kg, dan dijual dari harga Rp80 ribu sampai Rp100 ribu perkilogram.

"Kalau yang sedang Rp 80 ribu. Kalau yang besar Rp 100 ribu," lanjutnya.

Selanjutnya pembongkaran kelong kedua, Jumat (28/1/2022), ia berhasil mendapatkan 11 kilogram ikan dingkis, dan dijual dari harga Rp100 ribu hingga Rp150 ribu.

"Ikan dingkis yang sedang Rp 100 ribu. Yang besar Rp 150 ribu," katanya.

Kemudian, pada proses pembongkaran ketiga, Sabtu (29/1/2022) kemarin ia berhasil mendapatkan 7 kilogram ikan dingkis.

Namun karena ikan hasil tangkapannya, dalam fase bertelur, Windu mengaku dapat menjual lebih mahal dari harga Rp130 ribu hingga Rp230 ribu.

"Biasanya kalau yang jenis ini, langsung dijemput oleh pengepul gitu. Karena dia biasanya pasarannya langsung ke Singapura," ungkapnya.

Kontributor : Partahi Fernando W. Sirait

Load More