Scroll untuk membaca artikel
Eliza Gusmeri
Senin, 11 Oktober 2021 | 14:05 WIB
Makan 1 Kali Sehari, Masyarakat Myanmar Diambang Kelaparan dan Kemiskinan
Foto anak-anak di Myanmar yang bersembuni di sebuah lubang berlindung dari bom.[AFP]

SuaraBatam.id - Masyarakat Myanmar saat ini berada dijurang kemiskinan dan kelaparan. Diperparah saat wabah Covid-19.

Bank Dunia memperkirakan bahwa ekonomi Myanmar akan menyusut sebesar 18% tahun fiskal ini dan tingkat kemiskinan kemungkinan akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada 2022.

Harga beras telah meningkat lebih dari 18% dan minyak nabati telah meningkat dua kali lipat dalam 12 bulan terakhir, menurut World Food Program.

Dilaporkan wartawan BBC Ko Ko Aung, kondisi buruk itu juga merambah ke sistem perbankan.

Baca Juga: Remaja Disodomi Lompat dari Ruko di Batam, Kerap Diancam Pakai Silet

"Saya ikut antrean untuk menerima bubur dari kelompok penyantun. Saya menunggu lebih dari setengah jam tapi habis sebelum giliran saya," kata Ma Wai seraya berlinang air mata.

"Saya pulang dengan tangan kosong. Saya merasa sangat iba dengan putri saya yang berusia empat tahun."

Ma Wai, 42 tahun, dari Monywa di wilayah tengah Myanmar, dulu bekerja sebagai tukang bersih-bersih dan pembantu rumah tangga sebuah keluarga kaya.

Tetapi ketika kasus Covid meledak pada Juli lalu, majikannya memintanya agar tidak bekerja karena pemerintah memerintahkan semua orang tinggal di rumah.

Suaminya, seorang pelukis, juga menganggur lantaran pembatasan Covid.

Baca Juga: Tak Tahan Kerap Disodomi, Remaja Nekat Lompat dari Lantai 3 Ruko di Batam

"Tidak lama berselang suami saya mencoba pergi bekerja. Saya menanak nasi buat makan siangnya, dari beras yang kami simpan untuk berjaga-jaga di masa-masa sulit," ujarnya.

"Namun serombongan tentara menghentikannya dan menyuruhnya pulang, jadi dia bahkan tak bisa bekerja."

Sehari makan sekali

Ma Wai dan suaminya sudah menganggur selama tujuh bulan dan saat ini mengandalkan bantuan makanan untuk menghidupi empat anaknya dan ibunya yang tinggal bersama mereka.

"Kadang-kadang, kami hanya makan sekali sehari," katanya. "Kami belum pernah mengalami kesulitan seperti sekarang."

Pemogokan dan boikot

Load More