Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Kamis, 19 Agustus 2021 | 18:10 WIB
ILUSTRASI-Anjungan lepas pantai Mike-Mike, milik PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di Perairan Jawa Barat, Kamis (16/7).

SuaraBatam.id - Pakar ekonomi dari Center of Reform on Economics (Core) Yusuf Rendy mengatakan, temuan cadangan minyak dan gas bumi (migas) di wilayah Kepulauan Seribu, bisa mendorong Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

"Penemuan cadangan minyak dan gas bumi baru di Kepulauan Seribu ini hanya menjadi pintu untuk mendorong lifting minyak dan gas untuk kembali mengalami peningkatan," ujar yusuf.

Ia menyebut, guna mendorong kenaikan lifting migas, maka upaya penemuan baru tersebut harus diikuti dengan perawatan sumur eksisting dan pemanfaatan teknologi produksi Enhanced Oil Recovery (EOR), sehingga bisa menahan penurunan alamiah lapangan migas nasional.

Sementara, untuk mendorong penerimaan negara, maka perlu dilakukan langkah lain berupa penyederhanaan dan kemudahan perizinan, guna meningkatkan investasi hulu migas pada kegiatan eksploitasi maupun eksplorasi, mendorong pelaksanaan kontrak bagi hasil dan pengendalian biaya operasional.

Baca Juga: Ogah Divaksin dan Tak Punya Surat Bebas Covid-19, Warga Jakarta Dilarang Naik Kapal Laut

Menurut Yusuf, selama ini salah satu dinamika sektor migas di Indonesia adalah produksinya yang mengandalkan lapangan tua. Bahkan sebagian besar telah memasuki fase declining dengan tingkat penurunan alamiah yang tinggi.

Kondisi itu yang membuat lifting minyak mentah yang sempat mencapai angka hampir 1 juta barel per hari pada satu dekade silam, kini menurun menjadi 707 ribu barel per hari (bph).

"Kondisi yang sama juga didapatkan pada komoditas gas. Lifting gas mengalami penurunan dari 1.300 ribu bph pada 2010 menjadi hanya 983 ribu bph pada akhir 2020," ujar Yusuf.

Kementerian ESDM mencatat bahwa kegiatan usaha hulu migas memiliki kontribusi sekitar 30 persen dari penerimaan negara.

Pada 2020 penerimaan negara bukan pajak untuk sektor migas mencapai Rp69,7 triliun. Sementara itu, sepanjang paruh pertama tahun ini sektor migas mencatatkan kontribusi penerimaan negara sebesar Rp96,7 triliun atau setara 6,67 miliar dolar AS.

Baca Juga: Harga Gas 6 Dolar AS per MMBTU Membawa Keberkahan untuk Industri

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan penemuan cadangan migas di Kepulauan Seribu tersebut menjadi kado saat ulang tahun kemerdekaan Indonesia.

Menurutnya, berapapun jumlah cadangan yang dimiliki akan memberikan banyak hal positif, termasuk dari sektor pajak dan PNBP.

"Penemuan itu memberikan tambahan terlebih lagi bagus untuk aspek ketahanan energi nasional yang secara bertahap bisa mengurangi impor migas," kata Komaidi.

Kepulauan Seribu yang masuk wilayah ibu kota menjadikan penemuan cadangan migas tersebut bisa berperan dalam kemandirian energi bagi pusat pemerintahan dan pusat bisnis Indonesia.

Komaidi mengatakan pasokan gasnya bisa dipakai untuk memenuhi sektor-sektor strategis di ibu kota, terutama untuk kelistrikan.

Bahkan, gasnya juga bisa menjadi bahan bakar pengganti elpiji bagi rumah tangga dengan menyambungkannya melalui pipa transmisi dan diatribusi ke jaringan yang sudah tersedia.

Sebelumnya PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra menyatakan telah menemukan cadangan minyak dan gas bumi di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Temuan tersebut berasal dari sumur Fanny-2 yang terletak di Distrik Central Business Unit (CBU) Blok OSES tepatnya berada di area komplek eksplorasi Angel Cluster yang berjarak sekitar dua kilometer sebelah barat Pulau Sebira di Kepulauan Seribu.

Pada 13 Maret 2021, Pertamina mulai mengebor sumur Fanny-2. Proyek pengeboran tersebut rampung tiga bulan kemudian tepatnya pada 24 Juni 2021.

Direktur Eksplorasi Subholding Upstream Pertamina Medi Kurniawan mengungkapkan tujuan pengeboran tersebut adalah untuk mengonfirmasi besaran sumber daya migas di struktur Fanny.

Pertamina menemukan minyak dan gas pada lapisan batu pasir formasi talang akar dengan hasil uji produksi pada lapisan lower zelda layer 44 (DST#2) mengalirkan gas sebesar 4.95 MMSCFD dan kondensat sebesar 241 BCPD pada bukaan choke 28/64, serta ditemukan pula minyak dari hasil proses sirkulasi ke permukaan pada lapisan Middle Zelda di DST#3.

Load More