SuaraBatam.id - Lomba perahu naga atau dragon boat race digelar berbarengan dengan hari libur Hari Raya Idul Adha di Tanjungpinang. Ketua Panitia, Aquang, menjelaskan bahwa lomba perahu naga merupakan bagian dari tradisi "Sembahyang Laut" yang dilakukan oleh warga Tionghoa setiap tahun, dilansir dari Antara, 18 Juni 2024.
"Lomba ini adalah bagian dari tradisi sembahyang laut yang kami adakan rutin setiap tahun," ujar Aquang.
Ia menjelaskan bahwa acara berlangsung selama tiga hari, dari 17 hingga 19 Juni 2024, dengan partisipasi empat tim: Pelantar Satu, Pelantar Dua, Pelantar Tiga, dan Pelantar Nusantara. Setiap tim terdiri dari 12 pendayung dan seorang pengemudi atau tekong.
"Jarak tempuh lebih dari 100 meter dan setiap tim bertanding tiga kali. Kami rekap hasilnya dan pemenangnya mendapatkan piala, karena ini hanya untuk tradisi sembahyang laut," tambahnya.
Baca Juga:Ribuan Warga Batam Padati Dataran Engku Putri, Salat Idul Adha Tumpah Ruah
Gubernur Kepulauan Riau (Kepri), Ansar Ahmad, menegaskan bahwa acara lomba perahu naga atau dragon boat race berpotensi besar untuk menarik kunjungan wisatawan ke daerah tersebut.
"Diselenggarakan saat libur Hari Raya Idul Adha, ajang ini bisa menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan untuk datang ke sini," kata Gubernur Ansar saat membuka dragon boat race di Pelantar III, Kota Tanjungpinang, Senin.
Ansar mendorong Pemerintah Kota Tanjungpinang untuk lebih sering mengadakan lomba perahu naga bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Kepri guna meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara.
Pihaknya merencanakan festival dragon boat race di Tanjungpinang pada akhir Agustus 2024.
"Setelah Agustus, kami akan adakan lagi, mungkin bertepatan dengan kalender wisata Kopi Merdeka Tanjungpinang," ujar Ansar.
Baca Juga:Siapa Orang yang Paling Berhak Menerima Daging Kurban?
Lebih lanjut, Ansar menyebutkan bahwa dragon boat race juga mencerminkan kebersamaan antarumat beragama, khususnya antara komunitas Tionghoa dan umat agama lainnya.
Hal ini terlihat dari partisipasi tidak hanya warga Tionghoa tetapi juga mayoritas umat Muslim yang menyaksikan acara tahunan tersebut.
Sepanjang rute lomba, ribuan penonton dengan antusias mendukung tim favorit mereka dari atas pompong (kapal kayu) atau dari rumah-rumah di pesisir.
"Ini pemandangan yang sangat indah dan menarik, menunjukkan tingkat toleransi beragama yang tinggi di Kepri," kata Ansar.