SuaraBatam.id - Kepala Disperindag Kepri, Aries Phariandi di Tanjungpinang, Jumat menyebut harga cabai sempat menyentuh Rp90 ribu hingga Rp110 ribu per kilogram di Tanjungpinang.
Hal itu dipicu gagal panen di daerah penghasil serta tingginya biaya transportasi pengiriman komoditas pokok tersebut.
"Namun, kita bersyukur beberapa hari ke belakang, harga cabai sudah berangsur turun di kisaran Rp80 ribu sampai Rp82 ribu per kilogram, dan itu akan kita tekan terus," ungkapnya, dilansir dari Antara.
Secara umum kebutuhan cabai di Kepri tinggi. Namun, pasokannya masih bergantung dari luar daerah.
Baca Juga:Dua Rumah Sakit Ini di Kepri Tak Sediakan Layanan Khusus Caleg Gagal Pemilu
Pasokan cabai untuk Kepri berasal dari Pulau Jawa, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Kebutuhan cabai di daerah itu per bulan mencapai 700 ton, sementara produksi dalam daerah hanya sekitar 300 ton per bulan.
"Artinya, kita belum bisa mandiri untuk memenuhi kebutuhan cabai," kata dia dilansir dari Antara.
Kata dia perlu menjaga ketersediaan cabai dalam rangka mengendalikan kestabilan harga cabai di daerah tersebut. Karena ketika permintaan meningkat tapi stok tak ada, maka di situlah terjadi gejolak harga.
Selain itu, pihaknya bersama semua pemangku kepentingan terkait juga gencar melaksanakan operasi pasar murah untuk menjaga kestabilan harga cabai.
"Kami juga membantu para distributor cabai mencari suplier dari daerah-daerah penghasil yang menjual cabai dengan harga lebih murah," ungkapnya.
Baca Juga:Naik Beberapa Pekan, Berapa Harga Cabai di Tanjungpinang Jelang Natal dan Tahun Baru 2024?
Di samping itu, ada pula juga program bantuan Badan Pangan Nasional (Bapanas) berupa subsidi transportasi pengiriman cabai dari daerah penghasil, sehingga hal itu dapat menekan harga cabai di pasaran.
Aries turut menambahkan untuk komoditas pokok lainnya, sejauh ini masih aman dan stabil, seperti beras, gula, tepung hingga minyak goreng. Bahkan kebutuhan itu diklaim cukup sampai awal tahun 2024, sehingga masyarakat tak perlu khawatir terkait ketersediaan pasokan bahan pangan, apalagi jelang Natal dan Tahun Baru.
"Harga beras beberapa bulan lalu sempat tinggi, tapi sekarang sudah stabil, karena adanya intervensi pemerintah melalui bantuan sosial beras Bulog," demikian Aries.