SuaraBatam.id - Seorang warga Desa Ceruk, Natuna bernama Arifin ( 32) mengalami kecelakaan kerja jatuh dari tebing dengan ketinggian 150 meter hingga tercebur ke laut.
Beruntung Arifin masih selamat.
Medan tempat dibangunnya jalan ini penuh tantangan. Apalagi kontur lokasi berupa perbukitan dengan tebing curam di pinggir laut.
Diketahui, saat ini sedang dikerjakan proyek jalan Selat Lampa-Teluk Depih. Akses jalan ini diperlukan untuk menggerakkan perekonomian di Natuna lebih baik, karena terhubung ke Pelabuhan Selat Lampa.
Namun, di balik proyek pengerjaan jalan ini, ada cerita para pekerja proyek pembangunan jalan yang bisa dibilang sangat menantang.
Arifin misalnya, tidak hanya sekali ini mengalami kecelakaan kerja di lokasi yang sama. Dirinya mengatakan bahwa ini sudah kali keduanya mengalami kecelakaan kerja di lokasi
Menjelang tahun baru 2022 lalu, dirinya mengalami kecelakaan kerja saat hendak pulang dari lokasi kerja.
Kepalanya terkena palang portal hingga menyebabkan kulit kepala bagian depanya terkelupas. Namun beruntung setelah mendapat pengobatan di RSUD Natuna, kondisi Arifin kembali membaik dan bisa kembali bekerja lagi.
"Pas kecelakaan yang pertama itu pas saya mau pulang kerja, cuaca hujan jadi saya tidak melihat ada portal di depan sehingga menabrak portal," cerita Arifin kepada Batamnews.co.id--jaringan Suara.com, Sabtu (5/2/2022).
Namun belum genap satu bulan bekerja kembali, dirinya mengalami kejadian nahas lagi yaitu terpeleset dan terjatuh dari atas tebing setinggi 150 meter hingga tercebur ke dalam laut.
Arifin sendiri mengaku baru delapan bulan bekerja di proyek Jalan Selat Lampa - Teluk Depih tersebut. Dirinya mendapat gaji 6 juta per-bulan, namun hal itu tidak diimbangi dengan resiko keselamatan kerja yang ditempuh.
"Saya sudah delapan bulan kerja, gajinya lumayan besar 6 juta perbulan. Tapi kerjanya beresiko bang. " ujar Arifin.
Dalam pembangunan jalan tembus Selat Lampa-Teluk Depih tersebut, pihak perusahaan harus menggunakan bahan peledak untuk meratakan tebing guna membuat ruas jalan.
Selain itu, posisi tebing yang terjal dengan ketinggian di atas rata rata 100 meter membuat para pekerja harus ekstra waspada. Salah langkah sedikit akan langsung terjatuh dan tercebur ke dalam laut yang ada di bawahnya.
Mengenai kecelakaan yang dialami pekerjanya ini, Panjaitan, selaku perwakilan perusahaan mengatakan, semua pekerja disana sudah dimasukkan sebagai peserta BPJS Ketanagakerjaan.
“Semua kita tanggung, secara prosedur juga sudah kita penuhi semua kebutuhan kebutuhan BPJS. Seperti hasil pemeriksaan dokter, kronologis kejadiannya semacam berita acara dari K3 kita, jadi udah gak ada masalah itu setahu saya," terangnya.
Panjaitan mengakui jika memang telah terjadi kecelakaan kerja, namun kejadian ini bisa di bilang sebagai kelalaian (human eror). Korban kurang kurang fokus saat mau turun, yang menyebabkannya terpeleset.
“Secara umum safety nya masih ada. Makanya tidak terlalu fatal jatuhnya. Kemudian hasil rontgen pun hanya luka luar aja, luka dalam tidak ada, makanya bisa langsung pulang,” terangnya.
Hal yang serupa juga berlaku untuk kecelakaan yang pertama, dirinya mengaku meskipun kecelakaan yang menabrak palang portal itu terjadi di luar jam kerja, pihak perusahaan tetap menanggung seluruh pengobatan pekerja.
Namun ketika disinggung mengenai tanggungjawab perusahaan selama korban sakit dan belum bisa bekerja, ia enggan untuk menjawab.
Panjaitan mengatakan, hal ini sudah lain tema, bukan kapasitasnya untuk memberikan keterangan. Ia meminta agar mengkonfirmasi bagian K3.
Arifin sendiri mengaku meski sudah mengalami kecelakaan kerja sebanyak dua kali dalam kurun waktu satu bulan ini, selain menanggung biaya pengobatannya selama di rumah sakit. Pihak perusahaan hanya memberikan uang santunan sebesar Rp 1 juta.
Arifin bekerja sebagai helper blasting, di Nusa Konstruksi Engineering, perusahaan yang menggarap proyek pembangunan jalan Selat Lampa- Teluk Depih- Sp Sekunyam.