4 Oknum Unit Subdit IV Polda Kepri Dilaporkan Atas Dugaan Pemerasan Rp300 Juta ke Mabes Polri

Keempat oknum Subdit IV Ditreskrimum Polda Kepri ini, dijelaskannya dua diantaranya berinisial AKP DN, dan AKP YA, dan oknum lainnya merupakan anggota

Eliza Gusmeri
Jum'at, 28 Januari 2022 | 14:42 WIB
4 Oknum Unit Subdit IV Polda Kepri Dilaporkan Atas Dugaan Pemerasan Rp300 Juta ke Mabes Polri
Junan Gunawan Panjaitan dan kuasa Hukum (partahi/suara.com)

Pada tanggal 4 Desember 2019, petugas Unit IV Ditreskrimum Polda Kepri melakukan penangkapan di rumah kliennya yang berada di kawasan Sukajadi.

"Sekitar Pukul 23.00 WIB malam ditangkap dirumah, pengakuan klien saya, dia melihat ada personel dari Polda Kepri yang membawa pistol, sehingga tidak berikan perlawanan dan tidak membantah. Saat proses penangkapan, dilakukan penyitaan handphone dan penggeledahan rumah. Hal itu membuat trauma istri dan anak klien saya yang masih berada di bawah umur. Karena dibentak oleh para petugas yang datang," tegasnya.

Tidak hanya itu, pada saat proses pemeriksaan, dirinya mengungkapkan bahwa beberapa aparat kepolisian melakukan tindakan pemeriksaan dengan kekerasan.

Pada 6 Desember 2019, pihak Subdit IV Satreskrim Polda Kepri menetapkan kliennya sebagai tersangka penculikan dan dijerat Pasal 330 dengan ancaman kurungan penjara selama 15 tahun, dan sempat menjalani rilis di sejumlah media massa pada tanggal 10 Desember 2019.

Baca Juga:Update Kasus Covid-19 di Batam: Tambah 5 Orang Positif

Tanggal 14 Desember 2019, kliennya kemudian dipindahkan ke Rutan Tembesi walau belum diputuskan bersalah oleh Pengadilan Negeri Batam.

"Di tanggal 13 inilah permintaan uang Rp300 juta ini terjadi. Bahkan sempat disebut Rp100 juta akan diserahkan ke Kejaksaan," ujarnya.

Kliennya akhirnya dapat memberikan uang tersebut pada tanggal 27 Desember 2019, dan akhirnya penangguhan serta wajib lapor baru dapat dijalani pada tanggal 31 Desember 2019.

Selain itu, pihak Kepolisian juga melakukan upaya Restorative Justice atau upaya perdamaian antara korban dan Junan yang telah ditetapkan sebagai tersangka, pada kasus yang bergulir di tahun 2019 lalu, pada tanggal 16 Januari 2020.

Bachtiar juga menegaskan, pada proses Restorative Justice ini, klien nya berada dalam kondisi terancam sehingga mengikuti permintaan dari pihak penyidik.

Baca Juga:Jembatan Batam-Bintan Akan Menjadi Jembatan Terpanjang di Indonesia, Anggaran Rp13,57 Triliun

"Klien saya diwajibkan untuk menyerahkan semua harta benda milik almarhum adiknya kepada iparnya. Dan menandatangani perjanjian damai antara korban dan klien saya, dalam pengawasan dari pihak Kepolisian. Disana pula wajib lapor yang sebelumnya sudah dijalani klien saya akhirnya gugur," paparnya.

Saat ditanyakan alasan pelaporan dugaan pemerasan ini baru dilakukan pada tahun 2022, Bachtiar menuturka akibat perlakuan dari aalah satu terlapor berinisial DM.

Dimana sekitar bulan Juni 2021, terlapor DM sempat bertemu dengan kliennya saat beraktivitas bersepeda di kawasan hutan Duriangkang.

"Disana saat beristirahat, DM membuka kembali luka lama itu dihadapan orang yang ikut kegiatan sepeda itu. Padahal klien saya sudah berusaha melupakan semua peristiwa itu. Yang sampai saat ini masih meninggalkan bekas bagi anaknya, yang wajib menjalani pemeriksaan psikologis setiap minggu," terangnya.

Mengenai kasus ini, Kabid Humas Polda Kepri, Kombes Pol Harry Goldenhart menjelaskan bahwa dugaan pemerasan ini sedang dalam proses penyelidikan Propam Mabes Polri.

"Laporan ditangani Propam Mabes Polri, silahkan konfirmasi ke Propam ya," singkatnya melalui aplikasi pesan singkat, Jumat (28/1/2022).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak