Uji Coba Perahu Listrik Pakai Baterai, Wali Kota Batam Sebut Harga Mesinnya Mahal

Selain menggunakan BBM pompong juga bisa ditenagai dengan penggunaan baterai.

Eliza Gusmeri
Selasa, 05 Oktober 2021 | 16:24 WIB
Uji Coba Perahu Listrik Pakai Baterai, Wali Kota Batam Sebut Harga Mesinnya Mahal
Kapal listrik menggunakan tenaga baterai (foto: antara)

SuaraBatam.id - Selama ini nelayan Batam menggunakan perahu kayu atau pompong dengan tenaga bahan bakar minyak (BBM) sebagai transportasi antar pulau.

Selain menggunakan BBM pompong juga bisa ditenagai dengan penggunaan baterai.

Wali Kota Batam Kepulauan Riau Muhammad Rudi melakukan uji coba penggunaan perahu tempel listrik berbasis baterai dengan berlayar dari Pulau Batam ke Pulau Belakangpadang, Selasa.

"Tidak ada suara. Biasanya kalau naik kapal, kita bicaranya harus agak kuat. Kalau di kapal itu setengah kuat saja, berisik ya kalau ada angin. Kalau tidak ada angin, senyap, sepi seperti jam 12 malam," kata Wali Kota usai berperahu di Pulau Belakangpadang.

Baca Juga:BPS Sebut Kenaikan Harga Sayur di Batam Berdampak Pada Inflasi

Menurut dia, penggunaan kapal listrik relatif sempurna. Selain tidak berisik perahu itu juga tidak mencemari lingkungan.

Relatif tidak ada gas yang terbuang dari mesin kapal sehingga tidak meracuni ikan dan hewan laut di perairan. "Semua yang ada di laut bersih. Karena tidak pakai bahan bakar fosil," kata Wali Kota.

Namun sayang, kata Wali Kota, harga mesin dan baterai masih mahal.

Ia berharap, harga bisa turun sehingga kapal canggih ramah lingkungan itu dapat dinikmati nelayan pesisir Batam.

ADB menyerahkan dua perahu tempel listrik berbasis baterai untuk digunakan warga Kecamatan Belakangpadang.

Baca Juga:Gunakan Kondom, Seorang Ayah di Batam Tega Cabuli Anak Sendiri Berkali-kali

Camat Belakangpadang Yudi Admaji menyatakan dua bantuan perahu tempel listrik berbasis baterai itu diberikan kepada dua koperasi pengemudi motor sangkut (kapal yang melayani pelayaran antarpulau).

"Nanti beroperasi di sini melayani Batam-Belakangpadang," kata dia.

Ia mengakui, kapal itu terlalu mahal untuk digunakan nelayan, karena harga mesin, baterai dan kapal bisa mencapai ratusan juta rupiah, lebih tinggi ketimbang mesin tempel 40 PK dan kapal yang harganya sekitar Rp80 juta.

Ia mengatakan, daya pada baterai mesin kapal bisa diisi langsung di rumah warga. Pengecasan sekitar enam jam untuk operasional sekitar satu jam. (antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini