Pengakuan Pasien Covid-19: Salah Input Hasil Lab Hingga Tagihan Rp10 Juta

Pihak RS mengaku terjadi miskomunikasi dan terjadi salah input hasil dari pihak laboratorium dan tagihan oleh asuransi sebesar Rp10.635.000.

M Nurhadi
Sabtu, 31 Oktober 2020 | 12:05 WIB
Pengakuan Pasien Covid-19: Salah Input Hasil Lab Hingga Tagihan Rp10 Juta
Ilustrasi penjemputasn pasien Covid-19. [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Ketika dinyatakan terkonfirmasi positif, pihak RSAB ataupun Dinas Kesehatan (Dinkes) Batam juga lambat melakukan tracking.

Alasannya, karena istri dan anak-anaknya serta tetangga yang sebelumnya melakukan kontak langsung baru dilakukan swab tiga hari setelahnya.

"Selama tiga hari itu juga tidak ada edukasi apapun kepada keluarga saya. Alhamdullilah untungnya semua yang kontak dengan saya dinyatakan negatif," katanya.

Selain itu juga terkait pembayaran biaya rumah sakit. Ia mengakui, saat masuk RSAB menggunakan asuransi pribadi sebagai jaminan.

Baca Juga:Hari ke-4 Libur Panjang, 12 Wisatawan Puncak Bogor Reaktif Corona

Pihak RSAB memberitahu bahwa tagihan sampai 13 September 2020 sebesar Rp24.340.330. Dari jumlah tagihan tersebut yang disetujui oleh asuransi sebesar Rp10.635.000 dan sisanya Rp13.705.330 yang ditanggung oleh pemerintah.

"Yang jadi pertanyaan saya, kenapa RSAB langsung berkoordinasi dengan pihak asuransi tanpa melalui saya. Padahal kondisi saya bisa komunikasi dengan aktif, bisa bicara, bisa bangun bahkan tanda tangan pun saya bisa,' katanya.

Hal lain yang juga menjadi pertanyaan adalah terkait hasil tes swab. Sebelumnya pihak RSAB menyatakan bahwa hasil tes swab pertama menunjukan terkonfimasi positif.

"Tapi saat saya menerima bukti yang dikirim melalui email ternyata tes swab pertama saya negatif. Kamudian pihak RSAB baru memberi tahu bahwa yang positif adalah tes swab kedua," ungkapnya.

Bahkan, ia kembali menemukan banyak kejanggalan, pihak RSAB kata dia beralasan terjadi miskomunikasi dan terjadi salah input hasil dari pihak laboratorium.

Baca Juga:Akhirnya, Cristiano Ronaldo Negatif COVID-19

"Jadi seperti dibuat main-main. RSAB seharusnya bisa lebih hati-hati, karena hal ini juga menyangkut psikologis pasien," katanya.

Sampai saat ini menurut dia pihaknya tidak mendapatkan keterangan secara resmi ataupun permohonan maaf dari pihak RSAB. Karena itu pemerintah diharapkan bisa turun tangan terkait hal tersebut.

"Saya diisolasi selama 14 hari itu sudah sangat menyakitkan bagi saya, tidak bisa kemana-mana, sebagian masyarakat mengucilkan saya," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini