Menyantap Nikmatnya Mie Lendir, Makanan Khas Melayu di Pantai Tanjungbemban

"Ciri khasnya memang mie lendir, tapi sebenarnya banyak juga menu-menu lainnya," kata Sarimah.

M Nurhadi
Minggu, 11 Oktober 2020 | 10:27 WIB
Menyantap Nikmatnya Mie Lendir, Makanan Khas Melayu di Pantai Tanjungbemban
Mie lendir, kuliner unik dari Tanjung Pinang. (Instagram/@adventuregs46)

SuaraBatam.id - Kota Batam tak hanya dikenal sebagai kawasan industri, tapi juga daerah pariwisata yang memiliki berbagai macam kuliner yang khas. Salah satu kuliner yang cukup istimewa yakni Mie Lendir.

Mie lendir merupakan makanan khas Melayu. Makanan ini terdiri dari mie kuning yang direbus bersama tauge dan telur rebus yang dibelah dua, kemudian disiram dengan kuah kacang yang kental.

Untuk menikmati makanan khas ini memang agak sulit belakangan karena semakin sulit ditemukan, hal ini dikarenakan penduduk Batam yang heterogen. Namun, makanan-makanan khas ini bisa ditemukan di rumah makan Melayu.

Salah satunya yakni Warong Atok di pantai Tanjungbemban. Letaknya memang berada di pinggiran Kota Batam, tapi warung ini menjadi salah satu tempat favorit bagi masyarakat Batam.

Baca Juga:Coba Kabur, Dor! Polisi Tembak Kaki Pencoleng Spesialis Pecah Kaca Mobil

Tak hanya mennawarkan nikmatnya mie lendir, dari lokasi ini anda juga bisa menikmati pemandangan pantai yang luas dan berhadapan langsung dengan negara tetangga Singapura.

"Kalau Sabtu dan Minggu seperti ini alhamdulillah selalu ramai," kata Sarimah, pemilik Warong Atok, Sabtu (10/10/2020).

Warong Atok sendiri berasal dari bahasa Melayu yang artinya warung kakek. Pemilik warung sengaja memilih nama tersebut karena kakeknya menurut dia merupakan salah satu tokoh Melayu dan penduduk asli di Kota Batam.

Sarimah menjelaskan rumah makan itu dikelola bersama secara turun menurun oleh keluarganya. Semua menu yang dijual disitu adalah makanan khas melayu.

"Ciri khasnya memang mie lendir, tapi sebenarnya banyak juga menu-menu lainnya," katanya.

Baca Juga:136 Ribu Warga Batam Terancam Tak Bisa Ikut Pemilu Karena Tak Penuhi Syarat

Ia memberi contoh seperti ikan asam pedas, ikan singgang, ketam masak lemak, siput isap masak lemak dan masakan lainnya. Meskipun letaknya terpencil, tapi Warong Atok sudah memiliki pelanggan setia yang sering datang.

"Pelanggan alhamdulillah ada, tapi memang sejak pandemi Covid-19 jumlah pengunjung sedikit berkurang," katanya.

Saat awal pandemi, ia mengaku juga sempat menutup Warong Atok sekitar tiga bulan. Lantaran tidak tahu sampai kapan pandemi Covid-19 berakhir dan diizinkan pemerintah untuk beraktivitas dengan kebiasaan baru akhirnya pihaknya memutuskan untuk membuka kembali.

"Sekarang ini kami buka pagi sampai siang saja, jadi kadang kalau komunitas-komunitas itu datang pesan dulu lewat telepon, kalau tidak biasanya sudah kehabisan," jelasnya.

Salah satu pengunjung, Riski Novriansyah mengatakan, Warong Atok memang menjadi salah satu tempat favorit diakhir pekan. Baik bersama keluarga nya ataupun juga dengan komunitas sepeda.

"Kalau lagi bersepeda pasti mampir ke sini, karena bukan hanya makanannya yang enak tempatnya juga sejuk di pinggir pantai," kata Riski.

Menurut dia untuk makanan memang banyak di tengah kota. Namun untuk cita rasa sudah pasti berbeda dengan masakan yang memang dimasak langsung oleh orang-orang asli Melayu.

"Mungkin soal cita rasa juga, soalnya pasti berbeda. Seperti mie lendir ini, mungkin banyak yang jual tapi rasanya pasti beda," katanya.

Kontributor : Ahmad Rohmadi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini