Scroll untuk membaca artikel
Eliza Gusmeri
Kamis, 20 Maret 2025 | 12:34 WIB
Ilustrasi santan kelapa

SuaraBatam.id - Masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), khususnya di Kota Batam, kini tengah menghadapi krisis pasokan santan kelapa yang sudah berlangsung sejak awal Maret 2025.

Tak hanya kelangkaan, harga jual santan kelapa juga meroket drastis, memicu kekhawatiran di kalangan konsumen dan pelaku usaha, terutama yang membutuhkan santan kelapa dalam jumlah besar.

Krisis Kelapa di Tengah Ramadan

Krisis ini terjadi di tengah bulan Ramadan, ketika permintaan akan santan kelapa biasanya meningkat tajam.

Baca Juga: GEGER! Kantor BP Batam Digeledah Polda Kepri, Ada Apa dengan Proyek Revitalisasi Pelabuhan?

Harga kelapa yang sebelumnya berkisar pada Rp23 ribu per kilogram kini melonjak menjadi Rp46 ribu per kilogram.

Lonjakan harga ini tentu berdampak besar bagi masyarakat yang menggunakan santan sebagai bahan utama dalam berbagai hidangan khas Ramadhan.

Salah seorang penjual kelapa di Pasar Jodoh, Batam, menyebutkan bahwa pasokan kelapa dari petani lokal semakin berkurang, sementara permintaan terus meningkat.

"Biasanya kami dapat pasokan rutin dari daerah-daerah di Kepri, tapi sekarang jumlahnya jauh lebih sedikit," ujar Yanto, pedagang kelapa di pasar tersebut.

Pembatasan Ekspor dan Upaya Pemerintah

Baca Juga: Kepri Siaga, Gelombang Tinggi dan Cuaca Ekstrem Ancam Wilayah Ini

Menanggapi situasi ini, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Pemprov Kepri) mengambil langkah tegas dengan membatasi ekspor kelapa ke luar negeri.

Kebijakan ini diharapkan dapat mengatasi kelangkaan yang melanda pasar lokal.

Melansir Antara, Wakil Gubernur Kepri, Nyanyang Haris, menegaskan bahwa produksi kelapa di Kepri seharusnya lebih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Untuk mengatasi kelangkaan kelapa, kami membatasi ekspor. Jangan sampai kelapa dari Kepri ini dijual ke luar, sementara kebutuhan dalam negeri belum tercukupi," kata Nyanyang Haris saat diwawancarai di Batam, Rabu (19/3/2025).

Menurut Nyanyang, produksi kelapa di Kepri memang memiliki daya tarik di pasar internasional.

Bahkan dengan harga yang meningkat tajam dari sebelumnya Rp2.000–Rp3.000 per butir menjadi sekitar Rp7.000 per butir, permintaan dari luar negeri tetap tinggi.

"Mereka (pembeli luar negeri) masih mau menerima kelapa dari sini dengan harga yang tinggi. Tapi, kebutuhan masyarakat kita yang harus diprioritaskan," tegasnya.

Selain kebijakan pembatasan ekspor, Pemprov Kepri juga bekerja sama dengan Bea Cukai untuk memastikan bahwa kelapa yang berasal dari Kepri tidak keluar dari wilayah tersebut sebelum kebutuhan lokal terpenuhi.

"Ketahanan pangan di Kepri harus berdaulat atau berdiri sendiri," tambah Nyanyang Haris.

Namun, meskipun langkah pembatasan ekspor telah diambil, masyarakat masih menghadapi kesulitan mendapatkan santan kelapa dengan harga yang terjangkau.

Beberapa konsumen bahkan mulai beralih ke produk santan instan sebagai alternatif, meskipun kualitasnya dianggap tidak sebaik santan kelapa murni.

"Kalau terus begini, masakan-masakan khas Ramadhan kita jadi kurang sedap. Mau tidak mau terpaksa pakai santan kemasan," ungkap Nurul, seorang ibu rumah tangga di Batam.

Krisis kelangkaan kelapa ini menambah daftar panjang persoalan ketahanan pangan di wilayah Kepulauan Riau.

Masyarakat berharap agar pemerintah segera menemukan solusi yang lebih efektif agar pasokan dan harga santan kelapa dapat kembali normal.

Hingga kini, Pemprov Kepri masih terus memantau situasi dan mengevaluasi kebijakan yang telah diterapkan.


Kelangkaan Santan Kelapa di Kepulauan Riau, Harga Melonjak dan UMKM Terdampak

Kelangkaan santan kelapa dilaporkan terjadi di wilayah Kepulauan Riau (Kepri), mengakibatkan lonjakan harga yang signifikan dan mengancam keberlangsungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bergantung pada bahan baku ini.

Menurut laporan dari berbagai sumber, kelangkaan ini dipicu oleh beberapa faktor utama, di antaranya:

  • Cuaca Buruk: Kondisi cuaca ekstrem seperti gelombang tinggi dan angin kencang menghambat aktivitas pengiriman kelapa dari daerah penghasil ke pasar di Kepri.
  • Produksi Kelapa Menurun: Penurunan produksi kelapa akibat serangan hama, usia pohon yang sudah tua, dan kurangnya perawatan pada perkebunan kelapa.
  • Permintaan Meningkat: Momen-momen tertentu seperti menjelang hari raya menyebabkan lonjakan permintaan yang tidak diimbangi dengan pasokan yang memadai.
  • Distribusi Terhambat: Masalah logistik, keterbatasan armada, dan infrastruktur yang tidak memadai memperparah situasi distribusi kelapa dan santan.
  • Harga Kelapa Mahal: Harga kelapa yang tinggi di tingkat petani berdampak pada harga jual santan, sehingga mengurangi daya beli konsumen.
  • Spekulasi Pasar: Oknum pedagang yang menimbun kelapa atau santan untuk memperoleh keuntungan lebih besar turut memperburuk keadaan.

Dampak yang Terasa di Masyarakat dan Industri

Kelangkaan ini menyebabkan kenaikan harga santan yang cukup drastis, membebani masyarakat berpenghasilan rendah serta pelaku usaha kecil yang mengandalkan santan dalam produksi makanan.

Beberapa UMKM terpaksa mengurangi produksi atau menaikkan harga produk mereka.

Selain itu, beberapa rumah makan dan usaha katering di Kepri mulai mencari alternatif bahan pengganti santan untuk menjaga keberlangsungan bisnis mereka.

Namun, kualitas dan cita rasa masakan sering kali terpengaruh dengan adanya penggantian bahan tersebut.

Load More