Scroll untuk membaca artikel
Eliza Gusmeri
Minggu, 31 Maret 2024 | 17:27 WIB
Ilustrasi nyamuk DBD (Pexels/Ravi Kant)

SuaraBatam.id - Batam perlu waspada. Pasalnya negara tetangga Singapura dilanda lonjakan kasus demam berdarah yang signifikan. Pada kuartal pertama tahun 2024, jumlah kasus tercatat lebih dari 5.000, dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun 2023.

Kenaikan ini menimbulkan kekhawatiran, terutama dengan mendekatnya musim puncak demam berdarah yang biasanya terjadi antara bulan Mei hingga Oktober.

Melansir CNA, tujuh orang telah meninggal dunia akibat demam berdarah tahun ini, dibandingkan dengan enam kematian sepanjang tahun 2023.

Populasi nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus dengue, juga meningkat pesat. Jumlah habitat nyamuk yang ditemukan di tempat tinggal pada bulan Januari 2024 dua kali lipat dibandingkan Januari 2023.

Sekretaris Senior Parlemen untuk Keberlanjutan dan Lingkungan Baey Yam Keng menegaskan bahwa situasi ini perlu diwaspadai.
"Yang mengkhawatirkan adalah bahwa tahun ini kita melihat peningkatan jumlah kasus," kata Baey.

Baca juga:

10 Orang Meninggal Dunia Dalam 3 Bulan di Kabupaten Malang, Waspada Demam Berdarah

Peneliti Ungkap Penyebab Kasus DBD Terus Meningkat, Karena Perubahan Iklim?

Pemerintah Singapura meluncurkan kampanye pencegahan demam berdarah nasional untuk menekan angka kasus. Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan langkah-langkah pencegahan seperti membersihkan genangan air dan menggunakan kelambu.

Keempat serotipe virus dengue beredar di Singapura, dan populasi di negara tersebut memiliki kekebalan yang rendah terhadap keempatnya. Faktor risiko ini, dikombinasikan dengan populasi nyamuk yang tinggi, dapat menyebabkan lonjakan kasus yang lebih besar dalam beberapa bulan mendatang.

Kewaspadaan dan tindakan pencegahan kolektif dari masyarakat sangatlah penting untuk mengendalikan lonjakan demam berdarah di Singapura.

Load More