Scroll untuk membaca artikel
Eliza Gusmeri
Rabu, 27 Juli 2022 | 18:00 WIB
Mantan Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa sebelum dilantik pada Senin (18/11/2019) waktu setempat. (Foto: AFP)

Aksi protes terhadap krisis ekonomi Sri Lanka telah membara selama berbulan-bulan.

Aksi protes mencapai puncaknya pada pekan lalu, ketika ratusan ribu orang mengambil alih gedung-gedung pemerintah di Kolombo, termasuk kediaman resmi presiden. Mereka menyalahkan keluarga Rajapaksa dan sekutunya atas inflasi yang tak terkendali, serta kelangkaan barang-barang kebutuhan pokok, dan korupsi.

Inflasi utama Sri Lanka mencapai 54,6 persen pada Juni. Bank sentral telah memperingatkan bahwa, inflasi bisa naik menjadi 70 persen dalam beberapa bulan mendatang.

Sri Lanka telah memulai diskusi awal dengan Dana Moneter Internasional tentang pinjaman bailout. Tetapi proses ini telah terganggu oleh kekacauan politik.

Baca Juga: Lengkap Pakai Bumbu Kacang, Viral KFC Singapura Rilis Varian Ayam Goreng Sate

Load More