Scroll untuk membaca artikel
Eliza Gusmeri
Rabu, 27 Juli 2022 | 14:35 WIB
Warga di Siak membenahi kelapa sawit usai dipanen. [Suara.com/Alfat Handri]

SuaraBatam.id - Perang Rusia-Ukraina sempat medorong harga minyak sawit melambung ke level tertiggi RM 6.632 (US$1.506,25) per ton.

Namun, dalam tiga bulan terakhir, harga minyak sawit terus melorot dan menyebabkan fluktuasi.

Melansir Wartaekonomi--jaringan suara.com, dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg TV, pengamat minyak sawit sekaligus Direktur di Godrej International yang berbasis di India, Dorab Mistry, mengungkapkan bahwa harga minyak sawit belum menemukan titik terendahnya.

Merujuk analisis Dorab, harga minyak sawit akan mencapai titik terendahnya saat gencatan senjata perang Rusia-Ukraina terjadi.

Baca Juga: Bikin Optimis, Harga CPO Berangsur Naik Seiring Penghapusan Pajak Ekspor

Sementara untuk kondisi minyak sawit di Indonesia, Dorab memperkirakan stok minyak sawit di Indonesia telah mencapai 10 juta ton.

"Sebab itu, Indonesia harus memperpanjang kebijakan penghentian sementaran Pungutan Ekspor minyak sawitnya," ungkap Dorab.

Masih merujuk analisis Dorab, inflasi harga makanan telah mencapai puncaknya pada periode Mei-Juni 2022.

Lantas harga minyak sawit diprediksi akan terus menurun dalam dua bulan ke depan.

"Harga minyak sawit mungkin akan melorot ke RM 3.000 per ton pada september," katanya.

Baca Juga: Penikmat Mi Instan Dibikin Ketar-ketir karena Perang Rusia-Ukraina, Ini Sebabnya

Bahkan, ungkap Dorab, harga minyak sawit akan terus melorot menjadi sekitar RM 3.000–RM 2.500 per ton saat perang Rusia-Ukraina berakhir.

Load More