Scroll untuk membaca artikel
Eliza Gusmeri
Jum'at, 20 Mei 2022 | 15:37 WIB
Suasana kandang sapi milik salah satu pedagang hewan kurban di area Masjid Raya, Batam Center (suara.com/partahi)

SuaraBatam.id - Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Batam, Mardanis sarankan asosiasi pedagang mengambil hewan ternak yang berasal dari Bali untuk suplai hewan kurban Idul Adha 2022.

Mengingat adanya temuan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) dari hewan ternak di wilayah Lampung yang biasa menjadi penyuplai bagi para pedagang hewan ternak di Batam.

"Hewan kambing dan sapi itu biasanya dari Lampung, lewat Jambi, Kuala Tungkal baru ke Batam. Nah di Jambi itu ada edaran dari karantina tidak boleh mengeluarkan sapi transit di Jambi lantaran di Lampung sudah ada temuan kasus," ujar Mardanis, Jumat (20/5/2022).

Dengan saran ini, pihaknya menegaskan Pemko Batam tidak bersedia memberikan rekomendasi masuknya sapi dan kambing dari wilayah lain ke Kota Batam.

Baca Juga: Pengiriman Sapi Dihentikan Sementara, Stok Hewan Kurban untuk Idul Adha di Batam Diperkirakan Tak Cukup

"Walaupun sudah menjelang Idul Adha. Pasalnya kebijakan tersebut sudah diatur oleh Pemerintah Pusat," tegasnya.

Saat ini, pihaknya mengaku hanya dapat menunggu aturan terbaru dari Pemerintah Pusat, mengingat Batam bukan merupakan daerah penghasil.

Pemilihan Bali sendiri, juga diakuinya lantaran hewan ternak dari daerah yang dimaksud sudah terbukti tidak terjangkit PMK.

"Daerah Bali sudah dinyatakan tidak tertular. Sapi dari Bali bisa langsung kirim ke Batam tanpa transit daerah lain. Para pedagang di sini bisa patungan untuk merental kapal bermuatan 500 ekor sapi misalnya. Dengan kurun waktu perjalanan selama seminggu," paparnya.

Ide ini kemudian mendapat penolakan dari Penasehat Asosiasi Pedagang Peternak Sapi dan Kambing Kota Batam, Musofa dikarenakan pengambilan hewan ternak kurban dari Bali sebelumnya sudah pernah dilakukan.

Baca Juga: Berita Batam Kemarin 19 Mei 2022: Situs Pemerintah Singapura Diserang Simpatisan UAS-Salmafina Ogah Pacaran Beda Agama

Dari pengalaman ini, pihaknya mengaku ada beberapa kendala yang membuat para pedagang, akhirnya kembali memilih untuk mencari suplai hewan ternak dari daerah di luar Bali.

Asosiasi menjelaskan peternak di Bali tidak memiliki jenis sapi metal, yang biasa dikurbankan oleh para pejabat.

Lalu, pihaknya harus menyewa sekitar 6 kapal untuk memenuhi kebutuhan sapi di Batam.

"Sapi sampai di Batam pada teler. Misalnya pernah sakit paru-paru. Selama diperjalanan, sakit semua. Sapi kurang makan 1 hari saja, timbangan sapi turun 1 kilo perhari, kalau 7 hari berarti turunnya 7 kilogram. Lama lagi kita pemulihannya di Batam. Padahal sebentar lagi sudah Idul Adha," katanya.

Harga Jual Hewan Kurban Diperkirakan Naik

Harga jual hewan kurban baik sapi maupun kambing dan domba di Batam, diperkirakan akan mengalami kenaikan harga jual.

Hal ini menyusul kebijakan dari Pemerintah mengenai pelarangan hewan kurban yang berasal dari Sumatera Selatan dan Lampung akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak.

"Memang setiap tahun sih ada kenaikan harga jual. Tapi kali ini harga jual naik karena kebijakan pelarangan hewan kurban yang akan di suplai ke Batam dari Sumatera Selatan," terang Kakan Sri Agung salah satu pedagang hewan kurban di kawasan Masjid Raya, Batam Center saat ditemui, Jumat (20/5/2022).

Kakan mengakui bahwa setiap pedagang hewan ternak sapi dan kambing di Kota Batam, mayoritas memang mengambil hewan ternak dari dua daerah tersebut.

Hal ini dikarenakan biaya transportasi yang lebih murah, apabila dibandingkan dengan sapi dan kambing yang berasal dari daerah lain.

"Aksesnya kan tinggal naik ke kapal Ro-ro dan langsung nyebrang ke Batam. Kalau daerah lain, ada biaya tambahan terutama di transportasi," ungkapnya.

Terkait harga, dirinya menyebut untuk sapi bobot 340-350 kilogram berkisar di harga Rp 25 juta naik Rp 5 juta dibandingkan sebelumnya yang hanya Rp 20 juta.

Sementara sapi bobot 380-420 kilogram seharga Rp 27,5 juta naik Rp 5 juta dibandingkan harga sebelumnya yang hanya Rp27 juta.

"Itu belum lagi biaya lab yang mencapai Rp600 ribu per hewan kurban," lanjutnya.

Sejak diberlakukannya pelarangan hewan ternak dari kedua kawasan ini, pihaknya memprediksi ketersediaan hewan kurban baru mencapai 10 persen, dari kebutuhan hewan kurban yang mencapai angka 21 ribu.

"Tahun sebelumnya para pedagang menjual 18 ribu ekor kambing, dan 3 ribu ekor sapi. Itu data dari Asosiasi yang diberikan kepada kami para pedagang. Tahun ini, dari Asosiasi juga paling hanya sampai 10 persen saja kuota yabg tersedia," tuturnya.

Dirinya berharap ada kejelasan dari pemerintah pusat maupun daerah terkait pendistribusian hewan ternak ini, apalagi sekarang sudah mau memasuki Idul Adha.

"Seperti saya yang kemarin memesan 37 ekor sapi dan kambing 53 ekor. Saat tiba di Kuala Tungkal, Jambi dan akan menyebrang malah diminta untuk kembali. Sementara stok saya saat ini hanya 160 ekor sapi saja," ungkapnya.

Kontributor : Partahi Fernando W. Sirait

Load More