SuaraBatam.id - Pemasangan kabel Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di Perumahan Modena, Kelurahan Belian, Kecamatan Batam Kota, Batam, Kepulauan Riau (Kepri) ricuh.
Warga setempat cek-cok dengan kepolisian. Berawal saat pemasangan SUTT oleh pekerja PLN, Kamis (24/3/2022), pukul 08.30 WIB.
Sementara kericuhan mulai terjadi sekira pukul 11.15 WIB. Di sana mulai terjadi kontak fisik dengan warga yang melakukan penolakan.
"Kami warga dipersekusi dan diintimindasi oleh pihak kepolisian yang melakukan pengawalan pekerjaan ini, ada yang di pukul, diseret dan salah satu ponsel warga yang merekam kejadian itu turut dihancurkan dengan cara dipatahkan," kata Ketua RT03/RW52 Perumahan Modena, Nurhaedah dikutip dari Batamnews, 24 Maret 2022.
Dia mengatakan, dalam kejadian itu, dua anggota yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Terdampak SUTT (AMDAS) diamankan dan dibawa ke Polresta Barelang.
"Kami (warga tempatan) mengutuk keras tindakan kekerasan yang dilakukan ini. Kami tidak menolak pembangunan SUTT, tapi kami meminta agar titik pembangunan itu digeser karena terlalu dekat dengan permukiman warga," ujar dia.
Selain itu, Nurhaedah juga meminta agar dua anggota AMDAS segera dilepaskan karena pengamanan tersebut dinilainya sangat tidak berdasar.
Di waktu sama, Kuasa Hukum AMDAS, Agus, sangat menyayangkan tindakan persekusi yang dilakukan oleh pihak kepolisian yang bertugas melakukan pengamanan.
"Pembangunan ini kami warga tidak menolak, yang kami tolak itu titik yang sangat dekat dengan permukiman. Proses hukum juga masih tahapan kasasi di Mahkamah Agung (MA). Kita harus sama-sama menghargai hukum dan tindakan polisi hari ini terlalu progresif. Seharusnya mereka melakukan pengamanan, ini malah memprofokasi warga," kata Agus.
Baca Juga: Polisi Gadungan di Samarinda Ditangkap, Modal Senjata Mainan Ternyata RS Cuma Residivis
Tidak hanya itu, ia yang juga merupakan warga Perumahan Modena akan menindaklanjuti tindakan tersebut ke Propam Polda Kepri. Tujuannya agar persoalan seperti itu tidak kembali terulang.
"Dua orang yang diamankan itu padahal anggota AMDAS, hanya ingin membantu dan itu bentuk solidaritas kita sebagai warga terdampak SUTT. Tapi di sini kami menilai, polisi terlalu aktif untuk melakukan pencegahannya. Kita akan menindaklanjuti permasalahan ini," ujar dia.
Kata Bright PLN Batam
Bright PLN Batam tidak mengetahui pasti penyebab kejadian tersebut bisa terjadi.
"Jadi kalau terkait dengan adanya kejadian yang di Modena, kalau dari PLN dalam hal ini dalam rangka pembangunan infrastruktur kelistrikan, selebihnya bukan kewenangan kami," ujar Manager Humas, bright PLN Batam, Bukti Pangabean, saat dikonfirmasi.
Ia menambahkan, pihaknya hanya bekerjasama dengan polisi dalam hal pengamanan infrastruktur. Lebih dari itu tidak ada.
"Tentunya kalau masalah di sana, kita koordinasi juga dengan kepolisian untuk pengamanan infrastruktur. Bukan di sana saja, tapi seluruh objek vital PLN sudah kerjasama dengan polisi," ujar Bukti.
"Kondisi di sana, kalau saya dengar informasi, ada warga yang ditangkap. Nah, itu bukan kewenangan kami, ada pihak kepolisian yang bertanggungjawab. Kalau segi kelistrikan kami yang bertanggungjawab," tambahnya.
Mengenai permintaan warga yang ingin titik lokasi pemasangan SUTT digeser, Bukti menyebutkan hal itu tak bisa dilakukan sebab tak berdasar. Mereka hanya melaksanakan tugas sesuai dengan izin yang ada.
"Kalau terkait dengan permintaan warga agar digeser, dasarnya apa? PLN melaksanakan sesuai perizinan yang ada, baik meliputi titik koordinat, lokasi dan lain-lain. Nggak bisa serta merta minta digeser. Ini negara yang membangun infrastruktur kelistrikan," katanya.
Dari pantauan, kini tampak petugas dari kepolisian dan PLN Batam menghentikan aktivitas pemasangan pasca kericuhan terjadi.
Berita Terkait
-
Siswa SMK Ditembak Mati, DPR Geram Polisi Sebut Gangster: 'Gangster Seperti Apa?'
-
Kecam Penembakan Warga di Semarang dan Bangka Belitung, KontraS: Polisi Telah Melakukan Pembunuhan di Luar Hukum
-
Tolak Wacana Polri di Bawah Kementerian, Nasir Djamil Beberkan 4 Alasan Krusial
-
Dari Setoran Hingga Tembakan: Polisi di Lingkaran Tambang Ilegal
-
Berapa Harga Rompi Anti Peluru? Jadi Candaan Netizen Usai Ahmad Luthfi Unggul di Pilkada Jateng
Terpopuler
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Meutya Hafid Copot Prabu Revolusi, Tunjuk Molly Prabawaty Jadi Plt Dirjen Kementerian Komdigi
- Ragnar Oratmangoen ke Media Belanda: Mimpi ke Piala Dunia itu...
- Segini Kekayaan Prabu Revolusi: Dicopot Meutya Hafid dari Komdigi, Ternyata Komisaris Kilang Pertamina
- dr. Oky Pratama Dituding Berkhianat, Nikita Mirzani: Lepasin Aja...
Pilihan
-
Apa Itu Swiss Stage di M6 Mobile Legends? Begini Sistem dan Eliminasinya
-
Bagaimana Jika Bumi Tidak Memiliki Atmosfer?
-
Dirut Baru Garuda Langsung Manut Prabowo! Harga Tiket Pesawat Resmi Turun
-
Pandji Pragiwaksono Sindir Sembako 'Bantuan Wapres Gibran' Pencitraan: Malah Branding Sendirian
-
Bansos Beras Berlanjut Hingga 2025, Siapa Saja yang Dapat?
Terkini
-
Serangan Fajar Pilkada Batam: 2 Wanita Ditangkap, Anggota DPRD Diduga Terlibat
-
Kapan 12.12 Dimulai? Ini Promo Histeria Blibli 12.12 2024 yang Menarik Diketahui Termasuk Tanggal Pelaksanaan
-
Berapa Harga HP Infinix Smart 8 RAM 6?
-
Ibu di Batam Aniaya Anak Kandung Pakai Rantai Besi, Berawal dari Hal Sepele Ini
-
Progres Konstruksi Container Yard Batuampar, Green Port Pertama Segera Hadir di Batam