Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Jum'at, 18 Juni 2021 | 10:59 WIB
Ilustrasi. (Shutterstock)

SuaraBatam.id - Pengajian eksklusif yang diadakan berbagai kampus di Indonesia dianggap bisa menjadi pencetak teroris, demikian pendapat dari pegiat media sosial, Eko Kuntadhi.

“Pengajian-pengajian eksklusif di kampus-kampus, bisa jadi mesin ternak para teroris,” katanya melalui akun Eko_kuntadhi pada Jumat (18/6/2021).

Ia juga turut mengunggah sebuah video bertajuk ‘Beternak Algojo Syariah dari Kampus’ yang tayang di Cokro TV pada Kamis (17/6/2021) kemarin.

Dalam video yang diunggah tersebut, Eko menceritakan tentang seseorang bernama Krisna Dwi Wardhana.

Baca Juga: Bukan JAD Makassar, 13 Teroris di Riau Ternyata Komplotan Jamaah Islamiyah

Pegiat media sosial Eko Kuntadhi. [YouTube/Cokro TV]

Eko menyebut, Krisna adalah alumnus Teknik Kimia FMIPA Universitas Indonesia yang akhirnya terjerumus ke dalam lingkaran terorisme.

Ia melanjutkan, Krisna kemudian membuat sebuah kanal YouTube yang mengajarkan cara membuat bahan peledak dari bahan-bahan kimia.

“Bukan hanya itu, Krisna juga menyuplai bahan-bahan itu untuk para teroris melakukan aksinya,” kata Eko.

Ia melanjutkan, Krisna adalah sosok yang aktif mengikuti berbagai pengajian eksklusif yang digelar di kampus selama masih menjadi mahasiswa.

“Di UI, pengajian jenis-jenis ini memang mendominasi. Mereka berkumpul, sedikit orang, ngaji secara ekslusif,” ucapnya, melansir Terkini.id --jaringan Suara.com.

Baca Juga: Densus 88 Tangkap 13 Teroris Jamaah Islamiyah, Buntut Bom Gereja

Eko menjelaskan, dalam berbagai forum pengajian yang diikuti Krisna, banyak diajarkan semangat intoleransi.

“Pengajian jenis itu, biasanya mengajarkan perasaan rendah diri dan tertindas pada jemaahnya,” kata Eko Kuntadhi.

“Bahwa Islam sedang ditindas, Islam sedang disingkirkan, Islam sedang membutuhkan para jihadis untuk membelanya,” lanjutnya.

Secara tidak langsung, ujar Eko, para audiens yang mengiktui pengajian itu didoktrin seolah-olah untuk membela agama.

“Nah, Krisna ini, anak muda yang tadinya polos, tercuci kepalanya, ia memupuk kebencian dalam dirinya akibat doktrin para murabi yang mengajarkan agama yang terus membombardinya dengan semangat membenci kelompom lain,” ujarnya.

Tidak hanya Krisna, Eko juga menyebutkan nama-nama teroris lainnya yang kisahnya hampir sama dengan Krisna.

Ia juga menyinggung Kurnia Widodo, pelaku bom Jawa Barat dan Dita, pelaku bom bunuh diri Surabaya tahun 2018.

Eko mengatakan, Kurnia adalah lulusan Teknik Kimia ITB dan Dita adalah lulusan Teknik Kimia ITS.

“Widodo dan Dita saat mahasiwa juga aktif di pengajian ekslusif kampus. Di sanalah awalnya disematkan bibiy intoleran di dalam kepala para mahasiswa itu,” ujar Eko Kuntadhi.

Load More