SuaraBatam.id - Tindakan Junta militer Myanmar nampaknya semakin keras kepada para demonstran. Paling baru, Junta militer mengeluarkan ancaman hukuman mati bagi demonstran, terutama pada wilayah dengan status darurat militer.
Ancaman ini dilayangkan langsung oleh Badan pemerintahan militer Myanmar, Dewan Administrasi Negara (SAC).
SAC menjelaskan, darurat militer di sejumlah kota seperti Hlaing Tharyar, Shwepyithar, Dagon Selatan, Dagon Seikkan, dan Okkalapa Utara di Yangon, Mandalay jadi pusat kerusuhan belakangan ini.
Seperti dilansir Batamnews (jaringan Suara.com), The Irrawaddy melaporkan, komandan militer daerah Yangon saat ini sudah menerima mandat administratif, peradilan, hingga militer di Yangon.
Dengan adanya kewenangan ini, komandan regional Yangon memiliki wewenang untuk mengadili siapapun secara militer.
Para pelanggar juga bisa dijerat beragam ganjaran mulai hukuman mati, hukuman penjara tidak terbatas, dan hukuman maksimum lainnya di bawah undang-undang yang diberlakukan.
Mereka menilai, sejumlah tindakan sebagai pelanggaran dalam penerapan darurat militer terdiri dari pengkhianatan tingkat tinggi, penghasutan, menghalangi personel militer dan pegawai negeri sipil dalam menjalankan tugas.
Selain itu, menyebarkan berita, kepemilikan senjata, hubungan dengan organisasi terlarang, pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, korupsi, penyalahgunaan narkoba, hingga vandalisme juga akan diproses.
Selain itu, pelanggaran lain juga mengatur pelanggaran Undang-Undang Keimigrasian, UU Media, UU Percetakan dan Penerbitan, UU Administrasi Desa, UU Transaksi Elektronik dan UU Anti-Terorisme.
Baca Juga: PBB: Sebanyak 56 Demonstran Damai Myanmar Tewas selama Akhir Pekan
Namun, pihak yang telah menerima hukuman mati atau hukuman berat lainnya diizinkan untuk mengajukan banding kepada ketua SAC dan komandan regional Yangon.
Tidak hanya aturan yang semakin ketat, tanggapan aparat keamanan Myanmar juga semakin brutal terhadap demonstrasi anti-junta militer yang terus meluas sejak kudeta 1 Februari lalu berlangsung.
Berita Terkait
-
Konflik Myanmar, ASEAN Dinilai Tak Mampu Hadapi Krisis Regional
-
Bersejarah, Biksu di Myanmar Desak Junta Militer Akhiri Kekerasan
-
Pinggiran Naypyidaw Myanmar Seperti Zona Perang, Tembakan di Mana-Mana
-
Korban Jiwa Kudeta Myanmar Berguguran, Sikap Wakil Rakyat di Asean Disorot
-
Pembakaran Pabrik China: Warga Myanmar Tuding Ada Konspirasi Militer
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Menu MBG Dirancang Sesuai Angka Kecukupan Gizi Harian Siswa
-
Wakil Kepala BGN Ingatkan SPPG Daftar SLHS: Tak Lengkap, Saya Suspend!
-
Nanik: Kepala Daerah Jadi Conductor dan Arranger Program MBG
-
Prediksi Jumlah Penumpang di Bandara Hang Nadim Batam selama Nataru
-
Wakil Kepala BGN Wanti-wanti Dapur MBG yang Tak Sesuai Standar