Scroll untuk membaca artikel
M. Reza Sulaiman | Lilis Varwati
Minggu, 29 November 2020 | 13:06 WIB
Meghan Markle. (Shutterstock)

SuaraBatam.id - Meghan Markle membagikan kisahnya yang ternyata mengalami keguguran belum lama ini. Apa pelajaran yang bisa dipetik?

Menulis di laman New York Times pada Rabu (25/11), aktris pemeran Suits ini mengaku mengalami keguguran saat tengah menggendong Archie.

Meghan tidak mengungkapkan berapa usia kandungannya saat itu atau detail medis tentang kondisinya.

Namun dia menunjukan perasaan emosional kesedihan yang hampir tak tertahankan.

Baca Juga: Keguguran dapat Memicu PTSD, Seperti Orang Selamat dari Serangan Teroris!

Haley Neidich, seorang profesional kesehatan mental berlisensi, mengatakan bahwa perempuan memang cenderung menahan kesedihannya diungkapkan ke publik setelah beberapa lamanya. Perasaan sakit itu juga tidak akan mudah dihilangkan.

"Hamil lagi dan punya bayi lagi tidak menghapus rasa sakit," kata Haley dikutip dari Insider.

Pemulihan fisik dari keguguran sangat bervariasi, dipengaruhi banyak faktor. Termasuk usia kehamilan dan apakah diperlukan intervensi medis untuk mengangkat jaringan tersebut.

Beberapa perempuan bisa menjalani masa pemulihan secara alami di rumah. Namun, beberapa membutuhkan atau memilih pengobatan yang merangsang jaringan untuk keluar.

Tetapi pengobatan itu sering memiliki efek samping seperti mual, diare, atau kedinginan.

Baca Juga: Dialami Meghan Markle, Ketahui Waktu untuk Hamil Lagi Setelah Keguguran

Dalam pedoman American College of Obstetricians and Gynecologists dituliskan bahwa komplikasi serius dari keguguran jarang terjadi. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan di antaranya:

1. Suhu tubuh setelah keguguran

Pasca keguguran sangat disarankan untuk banyak istirahat, terutama 24 jam pertama. Pantau selalu suhu tubuh, tunggu hingga pendarahan dan kram seperti saat menstruasi terjadi selama beberapa hari.

Juga hindari berhubungan seks sampai pendarahan berhenti. Hubungi dokter jika suhu tubuh lebih dari 37,7 derajat celsius.

2. Keguguran bisa memicu PTSD

Keguguran adalah kondisi umum secara medis. Namun penelitian telah menunjukkan bahwa 29 persen perempuan yang keguguran mengalami gejala PTSD satu bulan setelah kehilangan bayi.

Selain itu, 24 persen mengalami gejala PTSD merasaka kecemasan dan 11 persen lainnya depresi sedang hingga berat satu bulan setelah keguguran.

Sebagai perbandingan, 13 persen wanita yang memiliki kehamilan sehat dilaporkan mengalami kecemasan sedang hingga berat dan 2 persen melaporkan mengalami depresi sedang hingga berat satu bulan setelah melahirkan.

3. Memperburuk keadaan emosi

Penurunan hormon juga dapat memperburuk keadaan emosi yang rendah, seperti halnya perawatan medis itu sendiri.

Namun bagi sebagian orang, yang paling membantu mengatasi kesedihan adalah dengan berbicara dengan perempuan lain yang pernah mengalami keguguran.

Load More