Kasus DBD Tanjungpinang Melonjak, 1 Orang Meninggal, Anak-anak Paling Rentan Terjangkit

Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, mengalami peningkatan dalam tiga bulan terakhir.

Eliza Gusmeri
Kamis, 20 Juni 2024 | 10:53 WIB
Kasus DBD Tanjungpinang Melonjak, 1 Orang Meninggal, Anak-anak Paling Rentan Terjangkit
Ilustrasi dbd - perbedaan DBD dan tipes. (Pixabay/wikiImages)

SuaraBatam.id - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, mengalami peningkatan dalam tiga bulan terakhir. Data Dinas Kesehatan mencatat terdapat 76 kasus terkonfirmasi DBD yang dirawat dari Januari hingga Juni 2024, dengan satu kasus meninggal dunia.

Kelurahan Batu IX menjadi wilayah dengan kasus tertinggi, mencapai 39 persen dari seluruh kasus di Tanjungpinang. Penderita DBD didominasi oleh anak-anak, namun orang dewasa juga tidak lepas dari risiko terjangkit.

Hingga Juni 2024, tercatat 76 kasus DBD dengan satu orang meninggal. Kelurahan Batu IX menjadi wilayah dengan kasus DBD tertinggi. Penderita DBD didominasi anak-anak, namun orang dewasa juga berisiko.

Melansir Antara, Kepala Dinas Kesehatan Tanjungpinang Rustam mengungkapkan bahwa perubahan pola cuaca merupakan salah satu pemicu peningkatan kasus DBD.

Baca Juga:Kelelahan, Jemaah Haji Asal Tanjungpinang Meninggal di Tanah Suci

Sejak Maret hingga April 2024, curah hujan tinggi setelah musim panas diikuti oleh cuaca panas dan sesekali hujan pada Mei 2024.

Siklus kehidupan nyamuk Aedes aegypti, vektor utama DBD, dipengaruhi oleh kondisi cuaca ini, sehingga terjadi peningkatan kepadatan nyamuk yang berdampak pada meningkatnya kasus DBD.

"Telur nyamuk demam berdarah bisa bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun," tambah Rustam, menegaskan pentingnya kewaspadaan berkelanjutan untuk mencegah penyebaran DBD.

Selain itu, langkah pencegahan tambahan (Plus) termasuk penggunaan obat nyamuk, pemasangan kelambu, dan pemantauan jentik nyamuk secara berkala.

Untuk penanganan kasus positif DBD, Rustam menyebutkan dilakukan penyelidikan epidemiologi, abatisasi, dan fogging untuk mengendalikan penyebaran penyakit secepat mungkin.

Baca Juga:Seru! Lomba Perahu Naga Meriahkan Idul Adha di Tanjungpinang

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini