Ilmuan Temukan Lubang Es Melebar di Kutub Utara, Ancaman Bagi Satwa

Lubang ini ditemukan Mei 2020 lalu. Penemuan lubah besar ini menurut ahli mendandakan kerentanan di Arktik.

Eliza Gusmeri
Rabu, 20 Oktober 2021 | 21:30 WIB
Ilmuan Temukan Lubang Es Melebar di Kutub Utara, Ancaman Bagi Satwa
Lubang es di Kutub Utara. [Agu.org]

SuaraBatam.id - Ilmuan telah menemukan lubang es yang sudah terbuka lebar di Kutub Utara. Lubang ini ditemukan Mei 2020 lalu. Penemuan lubah besar ini menurut ahli mendandakan kerentanan di Arktik.

Hal ini menjadi ancaman bagi hewan yang bergantung pada es laut sepanjang tahun, seperti beruang kutub.

Padahal kawasan itu disebut-sebut sebagai es purba yang paling stabil dan tertua di wilayah Kutub Utara.

Area perairan terbuka atau polynya adalah lubang yang pertama kali diamati di utara Pulau Ellesmere.

Baca Juga:Gedung Asrama Haji Batam Telah Sterilisasi, Akan Kembali Dikomersilkan

Namun dalam laporan tentang lubang di es, para peneliti menyimpulkan dari data satelit lama bahwa polynya serupa mungkin telah terbuka pada 1988 dan 2004.

Polynya adalah retakan di es laut yang sering terbuka saat badai, ketika angin menggerakkan es.

Ada badai kuat yang terjadi di utara Pulau Ellesmere pada Mei 2020 dan citra satelit menunjukkan bahwa retakan itu terbentuk pada 14 Mei.

Kemudian pada 15 Mei, retakan semakin melebar dengan panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer.

"Es di utara Pulau Ellesmere sulit untuk berpindah atau mencair karena tidak hanya tebal, tetapi juga cukup banyak," kata Kent Moore, peneliti Arktik di University of Toronto-Mississauga.

Baca Juga:Uang Rp300 Juta Raib di Mobil, Ketua Dewan Pendidikan Batam Malah Ikhlas

Jadi, dia menambahkan, secara umum kita belum pernah melihat bentuk polynya di wilayah itu sebelumnya.

Es laut di lepas pantai utara Pulau Ellesmere biasanya memiliki ketebalan lebih dari empat meter dan usia rata-rata lima tahun.

Tetapi, es terakhir Kutub Utara ini terbukti rentan terhadap pemanasan cepat yang terjadi di garis lintang utara.

Pada musim panas 2020, Laut Wandel atau bagian timur wilayah es terakhir, kehilangan setengah dari es di atasnya.

Sekarang, para peneliti mengatakan bahwa area es terakhir dapat mencair sepenuhnya setiap musim panas pada akhir abad ini.

Dilansir dari Live Science, Rabu (20/10/2021), di masa depan, polynya mungkin lebih sering terbuka saat es terakhir Arktik mencair.

Dalam jangka pendek, area terbuka ini dapat menjadi oasis bagi kehidupan, di mana sinar Matahari menyinari air laut, memungkinkan lebih banyak fotosintesis alga, yang menarik ikan dan krustasea. Namun, ledakan kehidupan ini hanya sementara.

Menurut para ahli, dalam jangka panjang, saat es mencair dan bergerak ke lepas pantai, spesies hewan seperti walrus dan burung laut kehilangan akses.

Pada akhirnya, suhu akan menjadi sangat hangat dan spesies tidak dapat bertahan hidup.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini