Sementara itu, puskesmas hanya melaporkan hasil tracking rapid test antigen sesuai dengan amanat pemerintah pusat.
Tracking dengan rapid test Antigen juga masih terus dilakukan sampai sekarang.
Meski, sasaran warga yang di-rapid test terbatas hanya pada kontak erat bergejala saja.
Menurut Didi, hal ini mengikuti kebijakan Kemenkes RI yang lama.
Baca Juga:Lewati Masa Kritis, Chandra Liow Bersyukur Bisa Kembali Nonton Bioskop
"Jadi kami hanya mentracking kontak erat yang bergejala saja. Kalau yang tidak bergejala cukup diobservasi," ujar Didi.
Selain itu, keterbatasan tenaga kerja dan puskesmas menjadi salah satu penyebab angka tracking dan testing di Batam terbilang sedikit.
Saat ini, Batam yang memiliki 1,3 juta penduduk, diakuinya hanya memiliki 21 unit Puskesmas, dengan perbandingan angka rasio 1:60.000, dalam artian, satu puskesmas merawat 60.000 orang penduduk.
Padahal, ketentuan World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa rasio puskesmas maksimal 1:30.000 penduduk.
"Kalau jumlah puskesmas kita sedikit, otomatis tenaga kerja kita kan juga kurang. Saya kira provinsi jangan hanya menyalahkan saja jika hasil tracingnya sedikit, tetapi juga membantu sampai ke akar masalahnya. Karena kita dari Kota sudah selalu menyampaikan hal ini tapi tidak pernah ditanggapi," tambah Didi.
Baca Juga:Dafatr Aplikasi Cari Jodoh, Cocok untuk di Masa Pandemi COVID-19
Kontributor : Partahi Fernando W. Sirait