Saham-saham Asia Menguat Pada Senin Pagi, Sinyal Positif IHSG?

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0,3 persen dan tampaknya akan menghentikan kerugian tiga sesi beruntun.

M Nurhadi
Senin, 07 Juni 2021 | 08:42 WIB
Saham-saham Asia Menguat Pada Senin Pagi, Sinyal Positif IHSG?
Pekerja memfoto layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/3/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

SuaraBatam.id - Saham-saham Asia dilaporkan mengalami penguatan pada awal perdagangan Senin (7/6/2021) pagi. Sementara dolar goyah setelah laporan data penggajian AS untuk Mei yang ditunggu-tunggu menunjukkan pemulihan secara maksimal sehingga berpotensi mendorong kebijakan tapering (pengurangan pembelian obligasi) dari Federal Reserve (Fed).

Para investor diklaim masih menunggu untuk melihat strategi dari perusahaan-perusahaan teknologi besar akan bereaksi terhadap kesepakatan G7 tentang tarif pajak perusahaan global minimum sedikitnya 15 persen.

Sejauh ini reaksi tersebut diredam dengan indeks berjangka Nasdaq dan S&P 500 sedikit berubah. Isu rencana infrastruktur yang diusulkan Presiden AS Joe Biden senilai 1,7 triliun dolar AS jadi salah satu yang menarik usai Gedung Putih menolak tawaran terbaru Partai Republik.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0,3 persen dan tampaknya akan menghentikan kerugian tiga sesi beruntun.

Baca Juga:Nyangkut di Saham Produsen Ciki Taro, Investor Minta Keadilan

Indeks Nikkei Jepang naik 1,0 persen menyentuh level tertinggi dalam hampir sebulan, dan Indeks KOSPI Korea Selatan naik 0,7 persen.

Sementara kenaikan 559.000 dalam angka penggajian AS meleset dari perkiraan, angka ini melegakan setelah laporan April yang sangat lemah, sementara tingkat pengangguran di 5,8 persen.

"Data itu sempurna untuk prospek risiko tipe goldilocks: tidak terlalu panas untuk membawa kekhawatiran tapering Fed yang lebih cepat, dan tidak terlalu dingin untuk mengkhawatirkan prospek pemulihan," kata Ahli Strategi NatWest Markets, John Briggs.

"Ini menyebabkan dolar AS yang lebih lemah, saham yang lebih baik, memperkuat tawaran sebelumnya pada komoditas-komoditas dan mendorong pasar negara-negara berkembang," sambung dia.

Perhatian sekarang akan beralih ke laporan harga konsumen AS pada Kamis (10/6/2021) di mana risikonya adalah angka tinggi lainnya, meskipun The Fed masih berpendapat lonjakan itu bersifat sementara.

Baca Juga:Rilis Data Ekonomi Dongkrak IHSG ke Level 6.038 Pagi Ini

Briggs menduga pejabat Fed mungkin membuka pintu untuk berbicara tentang tapering pada pertemuan kebijakan Juni, dengan mulai dilakukan pada awal 2022 dan kenaikan suku bunga tidak sampai 2024.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak