Geliat Teknologi Bantu Pariwisata Terus Bernafas di Tengah Himpitan Pandemi Corona

Sandiaga Uno berharap berbagai konten digital bisa terus dikembangkan hingga menarik dan menumbuhkan ekonomi pariwisata.

M Nurhadi | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 28 Mei 2021 | 06:00 WIB
Geliat Teknologi Bantu Pariwisata Terus Bernafas di Tengah Himpitan Pandemi Corona
Kaksam Rizky (32) menunjukkan game board Sutasoma The Temple of Yogyakarta kepada awak media, Kamis (27/5/2021).[Suara.com/Hiskia]

SuaraBatam.id - Pandemi virus corona yang mewabah di dunia juga melumpuhkan Indonesia, terlebih sektor pariwisatanya. Beradaptasi dengan di tengah pagebluk menjadi sesuatu yang harus dilakukan semua sektor agar bisa tetap bertahan dan kembali bangkit.

Tidak sedikit pelaku wisata yang kian berkreasi agar tetap bertahan di tengah terpaan pandemim salah satunya Kaksam Rizky yang tergabung dalam Sebangku Games kawan-kawannya.

Kebijakan pembatasan mobilitas sosial yang masih terus dilakukan oleh pemerintah membuat masyarakat perlu berpikir ulang untuk berkunjung ke tempat wisata.

Rizky dan kawan-kawannya menawarkan solusi dengan menghadirkan Sutasoma The Temple of Yogyakarta yang membuat wisata virtual lebih menarik dan berbeda.

Baca Juga:Di Ubud, Sandiaga Uno Sajikan Gado-gado dan Ketoprak untuk Dubes Hungaria

Saat ini sudah banyak destinasi wisata di Indonesia yang menawarkan sensasi wisata secara virtual di masa pandemi. Namun melalui Sutasoma, masyarakat diajak untuk mengenal lebih jauh dulu sejumlah objek wisata secara intim.

Sutasoma bukan yang pertama melainkan produk ketiga dari Sebangku Games. Sebelumnya, ia dan tim juga sudah mengeluarkan games lain yang juga masih berkutat dengan wilayah game edukasi.

Pada 2016 lalu, Sebangku Games membuat game berjudul Jamrana yang merupakan game pertama mereka. Game tersebut bertujuan untuk membantu anak-anak dalam proses pencapaian SKU Pramuka..

Selanjutnya diberi nama Zamzamy yang diciptakan pada tahun 2018 itu sudah berisi lengkap dengan buku untuk membantu anak-anak belajar ngaji dengan cara yang lebih menarik.

Rizky nampak sumrigah saat menceritakan bagaimana mimpinya memproduksi Sutasoma secara massal suatu saat nanti. 

Baca Juga:Palembang Tuan Rumah Triathlon Series 2021, Bakal Dihadiri Sandiaga Uno

Bukan angan-angan, sebelumnya Sutasoma sudah masuk ke dalam Top 3 saat mengikuti ajang perlombaan IDENTIK yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Hingga dipilh untuk mewakili Indonesia ke tingkat ASEAN pada Nopember nanti.

"Kemudian kami sudah menang di Hannover, di event Jerman-Indonesia yang dilakukan beberapa bulan yang lalu. Itu acaranya dari Kementrian Perindustrian," ucapnya.

Sutasoma adalah permainan papan serupa monopoli. Kelebihannya, Sutasoma dilengkapi oleh fitur Augmented reality (AR).

"Di game Sotasoma ini ada fitur AR, kalau kartunya di scan pakai hp nanti akan muncul. Misalnya Rama itu siapa, juga ada Virtual Reality-nya. Jadi kalau orang belum pernah ke Prambanan atau Borobudur itu nanti bisa langsung tahu," terangnya.

Pria yang berdomisili di Sleman tersebut mengatakan bahwa game Sutasoma dapat dimainkan mulai dari 2-6 orang. Selain itu aplikasi game ini juga sudah dilengkapi dengan dua bahasa yakni Indonesia dan Inggris.

Saat ini yang baru dibuat adalah versi satu atau versi Jogja. Dengan pengenalan candi yang ada di wilayah sekitar DIY juga.

Game Agar Pelajaran Sejarah Menarik

Sejarah jadi latar belakang idenya menciptakan permainan ini. Ia ingin sejarah tidak lagi membosankan bagi para siswa.

"Selama ini medianya pasti buku apalagi guru sejarah pasti bosenin banget kan. Kalau ini kami pakai dunia anak. Jadi mereka main game di situ mereka sambil belajar. Karena mereka sudah pakai hp terus, kita juga harus adaptasi dengan teknologi sehingga muncul tadi AR dan VR," tuturnya.

Sutasoma melibatkan dua tim berisi maksimal tiga orang pemain. Permainan akan terus berlangsung hingga kartu di deck yang tersedia itu habis.

Setiap ronde akan ada pemain yang mendapat token “Sutasoma” sebagai penanda bahwa yang bersangkutan memiliki tugas untuk membuka kartu harta. Kartu harta inilah yang bakal diperebutkan oleh setiap tim yang bermain.

Kartu harta tersebut yang juga menjadi poin di akhir permainan Sutasoma ini. Jika memang salah satu tim bisa meletakkan kartu harta itu di kartu misi yang sesuai maka tim yang memiliki lebih tinggi dinyatakan sebagai pemenang.

Sutasoma dapat dimainkan oleh rentan usia minimal anak 7 tahun ke atas. Dengan melibatkan dua sampai enam pemain.

Durasi permainan pun juga akan tergolong singkat yakni estimasi hanya 15 menit saja dalam sekali main. Menurut Rizky, selain digunakan sebagai edukasi game Sutasoma juga memang bertujuan sebagai hiburan anak-anak.

Setiap materi yang disediakan itu meliputi lima hal telah disebutkan di awal tadi yakni terkait Candi Borobudur, Candi Prambanan dan Candi Ratu Boko. Serta kisah tentang Roro Jonggrang dan Ramayana.

Di dalam materi itu akan terdapat sejumlah penjelasan mengenai hal-hal dari tempat dan kisah sejarah tadi. Semisal dengan kisah Rama atau Sinta di dalam Ramayana, hingga sejarah pembuatan candi hingga tata letaknya.

Secara lebih sederhana, jika memang ada turis yang datang akan mendapatkan kartu tersebut. Kemudiam yang bersangkutan tinggal scan saja melalui ponsel masing-masing.

Sutasoma masih menantikan investor agar bisa launching hingga dikenal lebih banyak orang.

Sutasoma dan Bhinneka Tunggal Ika

Terkait pemilihan nama Sutasoma, awalnya bukanlah ide pertama. Ia akhirnya memilih Sutasoma karena dianggap ramah di telingan Indonesia.

"Jadi awalnya dulu arkeologi, cuma ngomongnya susah. Cuma kalau Sotasoma ini akhirnya mudah diucapkan dan gampang ditulis," kata pria yang juga merupakan salah satu dosen di Universitas Amikom Yogyakarta itu.

Selain itu, pemilihan nama Sutasoma juga telah melewati proses development yang panjang dan tidak sembarangan.

Ia ingin Sutasoma membawa pesan Bhinneka Tunggal Ika ke dunia, "Kita angkat kebudayaan lokal tapi dikemas dengan model yang internasional," tegasnya.

Meski tidak mudah, Rizky mengaku tidak mudah bagi game ini bisa berhasil tanpa kerja sama tim yang luar biasa. Mulai dari ilustrator, penelitian hingga publikasi.

Berkat dukungan banyak pihak, tahun ini jadi target launching dari Sutasoma. Dukungan terus mengalir, salah satunya dari menteri Sandiaga Uno.

"Wisata edukasi dan juga produk ekonomi digital yang sedang diperjuangkan oleh kami. Dalam salah satu subsektor kita yang disebut aplikasi dan game. Jadi itu ada dua sub sektor yang saling berkaitan. Kita kebetulan juga punya program judulnya Baparekraf Developer Day (BDD)," ujar Sandi saat berkunjung ke Sleman beberapa waktu lalu.

BDD tidak lain ajang yang digelar Kemenparekraf atau Baparekraf untuk mengasah kemampuan teknis developer di Indonesia.

Mantan Wakil Gubernur  DKI Jakarta itu berharap berbagai konten digital bisa terus dikembangkan hingga menarik dan menumbuhkan ekonomi pariwisata.

"Contohnya di E-sport itu selain dari sisi game. Ada juga yang menarik, misal komentatornya, lalu dari segi cara bermain dan triknya. Itu [konten] dimasukin ke youtube dan laku ternyata," ungkapnya.

Dengan terus mengasah ketrampilan di bidang digitalisasi, Sandi yakin bahwa masyarakat dapat membangun ekonomi dengan lebih kuat dan modern. Serta tidak meninggalkan keadilan dan tetap kekinian.

Sandi mengatakan saat ini diperlukan figur pemimpin yang dapat melakukan pendekatan kolaborasi. Bukan hanya keahlian ekonomi tapi juga mendekatkan diri dengan masyarakat serta menjalankan program dengan sesuai.

"Gercep karena kita ini tidak punya banyak waktu. Lalu ada geber atau gerak bersama, tidak bisa bergerak sendiri-sendiri. Dan yang terakhir adalah gaspol atau menggarap semua potensi agar bisa bertahan dan membangkitkan ekonomi," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini